Gubernur DKI Jakarta Ahok - Foto : Net |
"Saya kurang sepakat dengan bahasa-bahasa yang sering digunakan oleh Pak Ahok untuk mengkomunikasikan ide-idenya," kata anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Hanura, Wahyu Dewanto, Sabtu 20 Desember 2014.
Menurut Wahyu, gaya bicara Ahok dalam menyampaikan rencana-rencana pembangunan atau pembenahan ibu kota sering kali berlebihan dan tidak tepat.
Wahyu mencontohkan salah satu pernyataan Ahok kepada media dalam menyampaikan rencana peningkatan pendapatan para lurah dengan cara menerapkan sistem Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) dinamis untuk mengapresiasi kinerja para lurah.
"Kesimpulan saya, kok kesannya lurah-lurah itu suka nilep anggaran, lalu diberi insentif TKD dinamis agar tidak berbuat demikian," ujar Wahyu.
Padahal, kata Wahyu, lurah-lurah itu adalah anak buah Ahok yang seharusnya dibina dan didukung, bukan selalu dipersalahkan.
Seharusnya, kata Wahyu, Ahok bisa menyampaikan rencana ini dengan bahasa yang halus dan lebih diperhatikan agar tidak ada pihak yang merasa dituduh negatif, dan masyarakat pun dapat mengerti betul manfaat yang bisa diperolehnya dari ditingkatkannya potensi pendapatan para lurah.
"Jika memang tujuannya bagus, lebih baik disampaikan dengan bahasa yang lebih presisi. Toh tidak bayar kan untuk berkata-kata seperti itu? Tidak akan ada yang sakit hati juga," tutup Wahyu. [Viva]
0 Response to "Tuding Lurah Suka Nilep, Ahok Ditegur DPRD"
Post a Comment