Kado Tahun Baru 1436 H "Mengubah Orientasi Hidup"


Oleh Rivai Hutapea

Tanggal kalendar duduk di atas meja kantor menunjuk angka 3 Muharram 1436 H. Entah mengapa tiba-tiba saja jantung ini berdegup kencang. Napas ini pun terasa tersengal-sengal. Sadar bahwa waktu 1 tahun, lewat percuma, tak sebanding antara amal shalih dengan amal salah yang dikerjakan. Air mata pun menetes jatuh ke baju, menyesal telah menyia-yiakan waktu tanpa amal berarti. 

Waktu, ya waktu, engkau sungguh sangat berarti dan mahal. Walau hanya sedetik. Engkau waktu bisa menjungkirbalikkan keadaan. Engkau dapat melalaikan orang. Namun, engkau pun dapat membuat orang bahagia. Sayangnya, tidak banyak orang yang sadar dengan hal itu. Masih banyak orang yang mengabaikan engkau, ketimbang memanfaatkan engkau untuk menumpuk amal shalih.

Waktu, ia akan terus bergulir, tanpa ada seorang dan apa pun yang mampu untuk menghentikannya. Saat waktu berjalan, siapa pun atau apa pun, tidak ada yang bisa menunggu. Ia sama sekali tidak peduli, apakah orang itu siap atau tidak siap, waktu akan terus bergulir.

Detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, abad yang telah berlalu dan baru saja terlewati, tidak akan pernah kembali lagi. Waktu bisa memisahkan kita dengan orang yang kita sayangi. Betapa pun dekat dan sayangnya kita pada seseorang, pasti akan datang waktu ketika harus berpisah dengannya. Begitulah sunatullah setiap yang hidup pastilah akan mati.

Satu pertanyaan besar patut untuk diajukan kepada kita semua. Sebelum datang waktu kematian, sudahkah kita mengukir suatu prestasi yang akan melambungkan derajat kita di dunia, terlebih di akhirat kelak. Karena jika hidup ini hanya sekadar menunggu waktu, bersenang-senang, bahkan sekadar mengejar materi duniawi, maka akan sia-sialah orang tersebut.

Mengapa? Karena cita-cita mengejar materi, kesenangan dan menunggu waktu itu akan terhenti dengan datangnya kematian. Ajal akan memupushabiskan seluruh materi dan kesenangan yang telah diperoleh dengan cara susah payah tersebut. Karena cepat atau lambat, diminta atau tidak, kematian itu akan datang. Dan jika malaikat maut telah menjemput, maka siapa pun, apa pun, harta setinggi langit yang dimiliki dan kemewahan yang dipunyai, tak akan mampu untuk menghadangnya. 

Jangan sampai kisah memilukan berikut ini terjadi pada kita. Sewaktu hidup di dunia, seseorang memiliki kehidupan yang baik, pekerjaan yang bagus dan dikenal sebagai keluarga yang berkecukupan. Tak heran jika ia menjadi orang terpandang saat itu. Sayangnya, ia tak pernah melakukan sesuatu untuk orang lain, tak banyak amal shalih yang dibuatnya.

Kondisi berubah seratus delapan puluh derajat usai ajal menjemputnya. Tak ada seorang pun dari sahabat, kerabat dan warga mengenangnya lantaran nihil nilai dan karya yang diwariskannya. Klien bisnis mengenalnya hanya lantaran ia memiliki urusan bisnis yang belum selesai. Bahkan keluarga mengenangnya karena warisannya yang dirasakan kurang. Naudzubillahi min dzalik. 

Sudikah kita mengalami nasib memilukan seperti kisah di atas? Semasa di dunia hidup cukup terpandang dan tersanjung karena materi yang dimilikinya. Namun, setelah kematian menjemput, ia menjadi orang yang terlempar, bahkan terhina lantaran tak ada satu nilai dan prestasi ibadah pun yang pernah diukirnya, terlebih manfaat untuk banyak orang. Sekali lagi, maukah kita mengakhiri hidup tragis seperti di atas?

Jawabannya, tentulah tidak. Lalu, apa yang semestinya kita dijalani agar hidup ini benar-benar berarti, bermanfaat, baik di dunia dan di akhirat kelak? Pertama yang harus dilakukan adalah ubahlah orientasi hidup kita tidak sebatas memenuhi kebutuhan materi duniawi.

Ada yang lebih bernilai, bermakna dan berarti lagi dari sekadar memburu materi duniawi, yaitu mengejar keridhaan-Nya. Ingatlah bahwa cepat atau lambat ajal akan mendatangi kita. Dan setiap kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan semasa masih hidup di dunia di hadapan-Nya kelak.

Setelah mengubah orientasi hidup hal kedua yang semestinya dilakukan adalah jalanilah waktu dan hidup kita dengan aktivitas yang berarti. Ubahlah fokus tindakan kita dari yang semata hanya untuk kepentingan pribadi dan duniawi menjadi aktivitas yang bermanfaat bagi banyak orang dan yang mengasah potensi dan kapasitas kita serta yang terarah ke masa depan, akhirat. 

Orientasi dan tindakan apa yang kita lakukanlah inilah yang menentukan masa depan kita kelak. Agar tak lekang oleh waktu dan zaman, maka ukirlah sejarah diri kita dengan prestasi ibadah yang dampaknya bermanfaat tak hanya pada diri kita tapi juga bagi orang banyak.

Karenanya, janganlah pernah takut untuk mengukir sejarah diri kita. Keliru dalam bertindak, masih lebih baik daripada tidak berbuat sama sekali. Manfaatkanlah waktu yang Allah SWT sediakan ini dengan memperbanyak amal shalih kepada-Nya, teladanilah jejak Rasulullah Muhammad saw dan para sahabatnya serta istiqamahlah berada di jalan dakwah ini hingga ajal menjemput kita. Semoga Allah meridhai hidup kita. Amin.

http://www.lesprivatkasiva.com/

0 Response to "Kado Tahun Baru 1436 H "Mengubah Orientasi Hidup""

Post a Comment