"Karena Kesibukan Suami-Istri Bekerja" by @ErieSudewoID
1. Suami isteri bekerja memang perkuat keluarga. Tapi perkuat sisi yang mana? Keuangan keluarga. #KarenaKesibukan
2. Pertanyaannya: “Keuangan kuat, apakah otomatis keluarga pun jadi makin solid?” Justru ini pangkal kekuatan sekaligus kelemahan.
3. Hidup butuh uang. Saat suami isteri kerja cari nafkah, koridor ini hidupkan nilai keluarga. Apa yang diterima disyukuri, dicukup-cukupkan.
4. Saat cari kelebihan rezeki, bukan lagi nafkah, “hidup pun seolah untuk uang”. Saat “uang jadi Tuhan”, uang bakal membunuh keluarga.
5. Suami isteri yang bekerja, serius urusi soal kantor/usaha. Untuk keluarga dan anak-anak, apakah mereka seserius mengurus soal kantor?
6. Jika tak serius, ada dua hal muncul. Ke-1 betapa egoisnya orang tua model begini. Mereka lebih asyik di kantor daripada di rumah.
7. Kedua, kantor yang bukan miliknya diurus jadi nomor 1. Sedang keluarga yang mustinya nomor 1, justru jadi nomor 2 | #KarenaKesibukan
8. Penyatuan dua kekuatan, harusnya bisa perkuat keluarga. Namun justu 2 pekerjaan tsb, telah sisihkan waktu terbaik ortu bina keluarga.
9. Saat karir jabatan isteri naik, kebutuhan suami masih disiap-siapkan. Saat jabatan tinggi, akhirnya kebutuhan suami disiapkan PRT (Pembantu Rumah Tangga).
10. Berangkat pagi, jumpai anak sekadarnya. Sampai rumah,suami isteri sama-sama lelah. Keduanya senyum lihat anak-anak sudah tertidur.
11. Kelak 20 tahun kemudian, senyum itu bisa jadi getir. Karena anak-anak tak lagi hargai mereka sbg orang tua. Mengapa?
12. Orang tua lupa. Saat anak-anak masih kecil, memilih untuk berasyik-asyik dengan karir. Anak yang lagi butuh dekapan, justru diabaikan.
13. Sesungguhnya orang tua yang asyik dengan karirnya, dia telah matikan peran dirinya sebagai orang tua di hadapan anak-anaknya
14. Anak-anak bukan hanya tumbuh dengan jalannya sendiri. Tapi juga tak hargai orang tua. Sama seperti saat orang tua tak hargai mereka ...
15. Orang tua shock. Namun mereka lupa. Saat anak-anak menangis minta didekap, yang ada cuma lambaian tangan dari balik jendela mobil.
16. Orang tua tak peduli. Jeritan anak yang haus kasih sayang, tenggelam dalam fatamorgana karir dan nama baik di kantor | #KarenaKesibukan
17. Karir memang penting. Tapi itu cuma milik orang tua. Sedang anak itu titipan. Amanah yang akan ditanya kelak.
18. Ingin punya anak itu sunnah. Saat punya anak, wajib kita rawat. Wajib pula kita antar mereka untuk menyongsong masa depannya.
19. Umar bin Khatab ra berpesan: “Didiklah anakmu sesuai zamannya”. Bukan didiklah anakmu sesuai selera PRT.
20. Sehari dua hari dititip PRT tak soal. Tapi 1 atau 2 tahun itu masalah. Dan 10 – 20 tahun pun berlalu. Anak terlanjur dalam dekapan PRT
21. Lihat. Agar lantai, cucian resik, kerja PRT dikontrol ketat. Tapi karena standar bawah, kontrol harian majikan dianggap “kecerewetan”
22. Untuk teknis begitu, kerja PRT tak memuaskan. Kira-kira jagai anak, apakah hasil penjagaannya bisa lebih baik ketimbang cuci mencuci?
23. Mesin cuci atau binatu, pasti bisa cuci pakaian hingga seperti baru. Baunya harum lagi. Itu pun dikerjakan tanpa hati.
24. Besarkan anak, bisakah spt mesin cuci yg teknis mekanis? Sisihkan sentuhan hati, uniknya komunikasi orang tua - anak, ini soal besar.
25. Dibayar berapapun, hubungan pertautan hati anak dan orang tua, tak akan pernah bisa tergantikan.
26. Hati-hati ortu yg amat sibuk. Seiring anak tumbuh, hubungan keluarga bisa seformal di kantor. Tanpa sadar SOP kantor diterapkan di rumah.
27. Ortu bisa tempatkan anak seperti karyawan. Tegakkan disiplin berbasis SOP kantor. Ortu ingin anaknya bisa tumbuh hebat spt tim di kantor.
28. Anak yang butuh kasih sayang, malah “dikantorkan”. Kekeliruan berakhir dengan sanksi formalitas. Ortu tak lagi jadi bapak ibu. Asing.
29. Anak akhirnya merengek pada PRT. Karena kasihan, PRT pun tumpahkan kasih sayangnya. Bersyukurlah andai PRT tsb kuat naluri keibuannya.
30. Jika tidak, cilaka 12. Anak-anak majikan pun tumbuh. Sayangnya diasuh PRT, yang mencuci pakaian pun asal-asalan.
31. Nah agar tak jadi kasep (terlanjur -ed), saatnya berbenah. Bgmn berbenahnya, kita coba kupas lagi di Senin 17 Nov’14. Selamat rehat di hari Ahad.
*dari kultwit @ErieSudewoID
0 Response to ""Karena Kesibukan Suami-Istri Bekerja" by @ErieSudewoID"
Post a Comment