Setelah Berguru ke Pemimpin Komunis Tiongkok, Jokowi Siap Terapkan Ilmunya

Presiden Jokowi - Foto : Antara (Noveradika)
Pemimpin Indonesia, Jokowi ternyata sempat berguru kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping ketika bertemu di Beijing, awal bulan ini.

Xi Jinping adalah pemimpin Tiongkok, sebuah negara yang dikenal menentang akses bebas internet, kebebasan pers, kebebasan parlemen dan kebebasan memiliki anak. Selain sebagai Presiden, Xi Jinping juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina dan Ketua Komisi Pusat Militer Cina.

Dalam pertemuan di forum KTT APEC 9 November 2014 ini, Jokowi menyempatkan berguru pada Xi Jinping. Jokowi mengisahkan  dalam pertemuan APEC, ia selalu duduk berdampingan dengan Presiden Xi Jinping. Momen ini tak disia-siakan Jokowi yang sudah lama kagum dengan pertumbuhan ekonomi Cina.

Dalam sebuah kesempatan makan bersama, Jokowi bertanya kepada Presiden Xi. Apa saja  resep kesuksesan Cina hingga bisa menjadi negara dengan ekonomi yang kuat.

"Pas acara makan, saya bertanya; Presiden Xi, saya mau tanya, beri tiga kunci sukses kenapa Tiongkok bisa sukses meloncat. Tiga saja," katanya.

“Kemudian Presiden Xi menyampaikan jawaban. Pertama, adalah partai yang bersatu. Kalau partai tidak bersatu, dia, bagaimana membuat visi yang sama ke depan”, kisah Jokowi di depan para undangan “Banker’s Dinner” di Jakarta Convention Centre Kamis lalu, 20 November 2014.

Seperti kita tahu, Tiongkok hanya memiliki satu partai. Partai Komunis Cina yang sangat tertutup dan represif. Partai beraliran sosiali dan mengusung paham komunis ini dikenal sangat represif. Sangat menentang kebebasan berpendapat. Termasuk melarang kebebasan akses internet.

“Ilmu kedua dari Presiden Xi, adalah gagasan besar. Gagasan, rencana, mimpi. Caranya? Tugas pemimpinlah untuk mengembangkan gagasan besar, dan melaksanakannya,” ujar Jokowi.

“Misalnya bikin pelabuhan, jangan hanya untuk kegunaan 10 tahun, tetapi 50 tahun dan 100 tahun ke depan. Jangan hanya 10 hektar, tetapi 1500 hektar dan 2000 hektar; agar tidak perlu repot pembebasan lagi saat diperlukan ekspansi di kemudian hari,” urai Jokowi.

Jokowi juga mengingatkan, kemajuan negeri Tiongkok bisa terjadi karena mereka membuka seluas-luasnya investasi dari luar negeri dan memberi kemudahan akses perizinan untuk para investor.

“FDI harus digenjot," imbuh Jokowi.

FDI, Foreign Direct Investment adalah sebuah kontrol kepemilikan perusahaan di sebuah negara oleh sebuah entitas perusahaan yang berada di luar negeri. Jika Jokowi menginginkan FDI digenjot sehingga Indonesia akan kebanjiran investor, tentu hal ini sangat baik untuk kemajuan ekonomi Indonesia.

Permasalahannya, FDI biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Selain hal positif, tentu ada hal negatif yang harus dipikirkan dengan sangat mendalam sebelum membuka kran perizinan investasi asing di Indonesia.

Jokowi sendiri sepertinya sudah mulai menerapkan ilmu dari “Sang Guru” di negeri Tiongkok. Dia mengawalinya dengan bermimpi, membuat gagasan besar dan wacana-wacana yang oleh publik disebut “Janji Jokowi” karena tak kunjung terealisasi. (fs)

0 Response to "Setelah Berguru ke Pemimpin Komunis Tiongkok, Jokowi Siap Terapkan Ilmunya"

Post a Comment