Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti sudah menegaskan Pulau Sevelak yang terletak di Kabupaten Simeuleu, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), bukan miliknya. Dia paham bahwa tidak bisa memiliki sebuah pulau.
"It is not my property because can not own island,” katanya di Jakarta, Jumat (14/11).
Namun, pernyataan Susi Pudjiastuti tersebut terbantahkan. Dugaan pulau yang telah berubah nama menjadi Pulau Susi tersebut telah ia beli di bawah tangan seharga Rp 60 juta pada 2005 pun terus menyeruak.
Manajer PT Asi Pudiastuti, Rustam Effendi, 61, mengaku bahwa pembelian pulau itu diatasnamakan orang lain. Bukan atas nama Susi, tetapi Eno Sugiarto, warga Pangandaran, Jabar, asal menteri nyentrik tersebut. Transaksi jual beli pulau dari Jamal, penduduk desa di Simeulue, kepada Eno dilakukan dengan bukti kuitansi.
"Iya, pulau itu sudah dibeli, uangnya dari Ibu Susi dan yang melaksanakan jual beli itu Pak Eno Sugiarto dari Pak Jamal, pemilik pulau itu, sekitar April 2005,” kata Rustam saat ditemui wartawan di rumah karyawan Susi, Adriman Badai, Minggu (16/11).
Ketika ditanya soal keberadaan bukti tersebut, Rustam menyatakan, kuitansi tidak dibawa dan disimpan di kantor Pusat PT Asi Pudjiastuti. Setelah pulau beralih kepemilikan, Menteri Susi bersama anak dan suaminya sering menginap di Sevelak.
Meski telah terjadi jual beli dan berubah kepemilikan atas Pulau Sevelak, Rustam menepis Pulau Sevelak milik Susi. ”Ibu susi tidak pernah merasa memiliki pulau ini. Hanya masyarakat hingga ke tingkat pejabat yang menganggap pulau itu telah menjadi milik Bu Susi. Padahal, tidak demikian,” imbuh Rustam, seperti dikutip dari situs JPNN.
Rakyat Aceh (Group JPNN) bersama sejumlah wartawan dan tim investigasi dari Jakarta akhirnya mendatangi pulau tempat pengembangbiakan lobster tersebut dengan menggunakan perahu bermesin milik Buyung, 40, warga Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat, Minggu kemarin.
Dari kejauhan sudah tampak tanda-tanda bahwa pulau itu dihuni dan ada aktivitas. Sebab, terlihat asap mengepul dari jarak 100 meter. Setelah rombongan tiba di pulau, terlihat sejumlah pondok dan satu panggung dari kayu dan landasan helikopter. Juga, pohon cemara yang hidup subur dengan jarak yang teratur.
Di sana Rakyat Aceh bersama tim investigasi dari Jakarta bertemu dengan pekerja, yakni Riadi Widiananda, 22, yang mengaku bekerja di lokasi milik Menteri Susi itu sejak Februari 2014. ”Saya bekerja dan menjaga pulau Bu Susi bersama dua teman saya lagi,” kata Raidi yang setiap hari bekerja membersihkan dan menjaga area Pulau Sevelak.
Dia mengaku tidak melarang nelayan atau warga yang datang ke Pulau Sevelak untuk memancing, berwisata, atau sekadar singgah untuk berlindung dari cuaca buruk. Namun, mereka harus melapor terlebih dahulu.
Riadi memperlihatkan sejumlah ruangan rumah penginapan yang telah dibangun yang terbuat dari kayu berkualitas, termasuk kamar yang khusus untuk Menteri Susi saat berkunjung ke Pulau Sevelak.
Satu rumah panggung ukuran 9 x 6 meter memiliki satu kamar dan ruang tamu yang lumayan luas, dilengkapi dapur dan kebutuhan listrik yang disuplai dari genset. Kemudian, satu rumah khusus untuk tamu dan digunakan untuk ruang pertemuan seluas 4 x 5 meter. Tak jauh dari dua rumah itu, terdapat landasan pendaratan helikopter dengan luas 10 x 9 meter yang telah dibeton. Lokasinya strategis dan menghadap langsung ke laut.
Riadi bersama dua rekannya, yakni Semi dan Kuyut, setiap bulan digaji Rp 1,5 juta. ”Kerja saya di sini, menyapu, membersihkan, serta merawat semua yang ada di pulau ini. Setiap bulan kami digaji lebih dari Rp 1,5 juta,” jelas Riadi.
Riadi mengajak keliling dan menelusuri pantai Pulau Sevelak yang didominasi pantai karang dan pasir putih. Di sana juga terdapat pohon dengan diameter 50 cm, kelapa, serta tempat ribuan kelelawar.
Dia memberitahukan, saat ini tidak ada tempat untuk penangkaran atau tempat penampungan untuk transaksi lobster. Pengembangbiakan lobster telah dialihkan di Ujung Sarang, Desa Sambai, Kecamatan Teluk Dalam, 42 kilometer dari Sinabang, ibu kota Kabupaten Simeulue.
Setelah dua jam berkeliling, Rakyat Aceh dan tim investigasi meninggalkan Pulau Sevelak, lalu menuju rumah Adriman Badai. Dia salah seorang karyawan Susi yang telah mengabdi sebelas tahun dan yang bertanggung jawab untuk mengawasi Pulau Sevelak yang dikuasai Susi.
Adriman yang ditemui di kediamannya menyambut rombongan dengan wajah tidak ramah. ”Kalian kalau ke sana permisi dulu lah, melapor dulu kepada saya, karena saya yang bertanggung jawab terhadap pulau milik Susi itu,” kata Adriman dengan suara ketus.
Bahkan, dia menyebutkan telah mendapat laporan dari anak buahnya di Pulau Sevelak tentang kedatangan wartawan dan tim investigasi dari Jakarta, tapi tidak melapor dan masuk-masuk tanpa izin.
Sumber: RMOL
"It is not my property because can not own island,” katanya di Jakarta, Jumat (14/11).
Namun, pernyataan Susi Pudjiastuti tersebut terbantahkan. Dugaan pulau yang telah berubah nama menjadi Pulau Susi tersebut telah ia beli di bawah tangan seharga Rp 60 juta pada 2005 pun terus menyeruak.
Manajer PT Asi Pudiastuti, Rustam Effendi, 61, mengaku bahwa pembelian pulau itu diatasnamakan orang lain. Bukan atas nama Susi, tetapi Eno Sugiarto, warga Pangandaran, Jabar, asal menteri nyentrik tersebut. Transaksi jual beli pulau dari Jamal, penduduk desa di Simeulue, kepada Eno dilakukan dengan bukti kuitansi.
"Iya, pulau itu sudah dibeli, uangnya dari Ibu Susi dan yang melaksanakan jual beli itu Pak Eno Sugiarto dari Pak Jamal, pemilik pulau itu, sekitar April 2005,” kata Rustam saat ditemui wartawan di rumah karyawan Susi, Adriman Badai, Minggu (16/11).
Ketika ditanya soal keberadaan bukti tersebut, Rustam menyatakan, kuitansi tidak dibawa dan disimpan di kantor Pusat PT Asi Pudjiastuti. Setelah pulau beralih kepemilikan, Menteri Susi bersama anak dan suaminya sering menginap di Sevelak.
Meski telah terjadi jual beli dan berubah kepemilikan atas Pulau Sevelak, Rustam menepis Pulau Sevelak milik Susi. ”Ibu susi tidak pernah merasa memiliki pulau ini. Hanya masyarakat hingga ke tingkat pejabat yang menganggap pulau itu telah menjadi milik Bu Susi. Padahal, tidak demikian,” imbuh Rustam, seperti dikutip dari situs JPNN.
Rakyat Aceh (Group JPNN) bersama sejumlah wartawan dan tim investigasi dari Jakarta akhirnya mendatangi pulau tempat pengembangbiakan lobster tersebut dengan menggunakan perahu bermesin milik Buyung, 40, warga Desa Salur, Kecamatan Teupah Barat, Minggu kemarin.
Dari kejauhan sudah tampak tanda-tanda bahwa pulau itu dihuni dan ada aktivitas. Sebab, terlihat asap mengepul dari jarak 100 meter. Setelah rombongan tiba di pulau, terlihat sejumlah pondok dan satu panggung dari kayu dan landasan helikopter. Juga, pohon cemara yang hidup subur dengan jarak yang teratur.
Di sana Rakyat Aceh bersama tim investigasi dari Jakarta bertemu dengan pekerja, yakni Riadi Widiananda, 22, yang mengaku bekerja di lokasi milik Menteri Susi itu sejak Februari 2014. ”Saya bekerja dan menjaga pulau Bu Susi bersama dua teman saya lagi,” kata Raidi yang setiap hari bekerja membersihkan dan menjaga area Pulau Sevelak.
Dia mengaku tidak melarang nelayan atau warga yang datang ke Pulau Sevelak untuk memancing, berwisata, atau sekadar singgah untuk berlindung dari cuaca buruk. Namun, mereka harus melapor terlebih dahulu.
Riadi memperlihatkan sejumlah ruangan rumah penginapan yang telah dibangun yang terbuat dari kayu berkualitas, termasuk kamar yang khusus untuk Menteri Susi saat berkunjung ke Pulau Sevelak.
Satu rumah panggung ukuran 9 x 6 meter memiliki satu kamar dan ruang tamu yang lumayan luas, dilengkapi dapur dan kebutuhan listrik yang disuplai dari genset. Kemudian, satu rumah khusus untuk tamu dan digunakan untuk ruang pertemuan seluas 4 x 5 meter. Tak jauh dari dua rumah itu, terdapat landasan pendaratan helikopter dengan luas 10 x 9 meter yang telah dibeton. Lokasinya strategis dan menghadap langsung ke laut.
Riadi bersama dua rekannya, yakni Semi dan Kuyut, setiap bulan digaji Rp 1,5 juta. ”Kerja saya di sini, menyapu, membersihkan, serta merawat semua yang ada di pulau ini. Setiap bulan kami digaji lebih dari Rp 1,5 juta,” jelas Riadi.
Riadi mengajak keliling dan menelusuri pantai Pulau Sevelak yang didominasi pantai karang dan pasir putih. Di sana juga terdapat pohon dengan diameter 50 cm, kelapa, serta tempat ribuan kelelawar.
Dia memberitahukan, saat ini tidak ada tempat untuk penangkaran atau tempat penampungan untuk transaksi lobster. Pengembangbiakan lobster telah dialihkan di Ujung Sarang, Desa Sambai, Kecamatan Teluk Dalam, 42 kilometer dari Sinabang, ibu kota Kabupaten Simeulue.
Setelah dua jam berkeliling, Rakyat Aceh dan tim investigasi meninggalkan Pulau Sevelak, lalu menuju rumah Adriman Badai. Dia salah seorang karyawan Susi yang telah mengabdi sebelas tahun dan yang bertanggung jawab untuk mengawasi Pulau Sevelak yang dikuasai Susi.
Adriman yang ditemui di kediamannya menyambut rombongan dengan wajah tidak ramah. ”Kalian kalau ke sana permisi dulu lah, melapor dulu kepada saya, karena saya yang bertanggung jawab terhadap pulau milik Susi itu,” kata Adriman dengan suara ketus.
Bahkan, dia menyebutkan telah mendapat laporan dari anak buahnya di Pulau Sevelak tentang kedatangan wartawan dan tim investigasi dari Jakarta, tapi tidak melapor dan masuk-masuk tanpa izin.
Sumber: RMOL
0 Response to "Pernyataan Susi Pudjiastuti Tentang Kepemilikan Pulau Sevelak Terbantahkan"
Post a Comment