"TARBIYAH SUPER SAIYA"
Oleh Zulkifli Al-Munib*
Seringnya kebanyakan orang yang pernah mengenyam pendidikan ilmu agama di pesantren terlebih dilembaga pendidikan se-masyhur Gontor ada kebanggaan tersendiri dan sikap jumawa yang kadang tak jarang jatuh pada sikap merendahkan lainnya.
Itulah yang terjadi pada diri saya sebelum mengenal tarbiyah. Pertama kali diajak 'ngaji' oleh kawan akrab dengan 'ustad' yang mahasiswa IPB awalnya terbesit rasa meremehkan karena tidak memiliki latar belakang pesantrenan. Namun setelah menjalani pertemuan yang mulanya karena rasa gak enak karna diajak teman akrab pada akhirnya menjadi kecanduan dan antusias dengan yang namanya 'liqo'.
Buah dari liqo ini munculah 'ghirah' yang secara bahasa artinya 'cemburu' dan dalam istilah yakni 'gairah atau sikap semangat dalam mengaktualisasikan keislaman melebihi yang lain dalam rangka berfastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan'.
Yang tadinya malas ke masjid, shubuh kesiangan, lalai dan tidak tepat waktu, malas tilawah quran setelah tersentuh tarbiyah semuanya berubah.
Saking semangatnya mengikuti liqo tak puas hanya seminggu sekali sayapun mencari 'liqo-liqo' yang lain. Disinilah pengalaman saya bersinggungan dengan gerakan yang kemudian hari saya kenal dengan Hizbut Tahrir yang bertujuan menegakkan khilafah, hanya saja setelah beberapa kali mengikuti saya merasakan ada 'corak pemikiran' yang beda antara model liqo saya yang pertama dengan liqo saya yang kedua.
Liqo pertama (Tarbiyah -red) membahas permasalahan umat islam pada aspek individu dalam hal aqidah, ubudiyah dan sulukiyah. Dalam tiap pertemuan pun senantiasa dievaluasi bacaan dan hafalan qurannya juga ibadah yang lain. Sedang liqo yang kedua (HTI -red) membahas permasalahan umat pada aspek politik, sistem pemerintahan, ideologi dan pemikiran dan menjadikan khilafah sebagai solusi dari seluruh permasalahan itu.
Usut punya usut setelah saya berkonsultasi kepada pemateri liqo pertama bahwa liqo yang saya ikuti diluar liqonya adalah halaqah hizbut tahrir sedang liqo yang saya ikuti dengannya adalah liqo tarbiyah. Sayapun tertarik mendalami kedua model gerakan islam ini dari buku-buku yang menjadi referensi keduanya hingga sayapun hafal tokoh-tokoh dan buku-buku dari kedua pergerakan tersebut.
Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk memilih tarbiyah yang saya rasa lebih mudah diterima secara konsep amal dan pemikiran walopun perkembangan HT selalu saya ikuti dari waktu.
Prolog yang cukup panjang..
Adapun konteks judul diatas ("TARBIYAH SUPER SAIYA") semata-mata memberikan gambaran sederhana seperti apakah tarbiyah.
Tarbiyah adalah tarqiyah wa tanmiyah, artinya peningkatan dan pertumbuhan dalam memahami dan mengamalkan islam.
Kita mengenal karaker utama Dragon Ball yakni Son Goku, setiap menghadapi musuh baru yang lebih kuat yang tak bisa dia lawan dengan kekuatan super saiya yang ada akan selalu ada cara dia mendapatkan kekuatan super saiya yang baru.
Seperti itulah tarbiyah, memiliki masa dan tingkatannya sendiri dalam menjawab tantangan yang sesuai dengan kadarnya.
Saat pertama tersentuh tarbiyah maka tantangannya adalah kepribadian dan mentalitas diri, progres pertumbuhan tidak akan bertambah sampai rintangan yang ada terlewati. Demikian seterusnya.
Begitulah yang saya alami dalam tarbiyah, saat awal dibina paradigma tarbiyah saya dibentuk untuk meningkatkan muwashofat kader tarbiyah agar bertambah maqam taqwimnya sehingga terukur tarqiyah wa tanmiyahnya.
Namun saat memasuki kehidupan kampus dimana qualifikasi syakhsiyah kader tidak berpatokan pada muwashofat melainkan pada kepatuhan dan penugasan itulah saat dimana saya mengalami 'tsunami paradigma', semuanya hancur kecuali menyisakan kesabaran, ketsabatan dan rasa cinta akan tarbiyah.
Syukurlah tsunami itupun berlalu, selepas lulus dari kampus angin ghirah yang dulu pernah saya rasakan kini berhembus lagi.
Sedikit banyaknya sayapun mengerti, tarbiyah tak melulu materi-materi dalam liqo. Ujian kesabaran, ujian ukhuwah, ujian ketsabatan adalah madrasah tarbiyah yang tak kalah penting dari liqoan.
*dari tulisan Zulkifli Al-Munib di laman fb-nya
0 Response to "Pandangan 'Unik' Santri Pesantren terhadap Tarbiyah "
Post a Comment