Afifah (15 tahun), Semangat Pantang Menyerah Membuatnya Jadi Hafidzhoh



Afifah datang di awal januari tahun 2015 ini. Setelah lulus SDIT, perjalanan studinya dihabiskan di boarding school. SMP nya di Arrahmaniyah depok, selama di boarding tersebut ia berhasil menghafal tiga juz. Lalu lanjut ke boarding tingkat SMA di daerah jakarta. Akan tetapi diboarding yang barunya ini ia hanya kerasan satu semester saja. Di antar kedua orangtuanya, ia datang ke Al-Hikmah Bogor untuk daftar sebagai santri mafaza.

“Kenapa pindah kesini, kan disana juga program tahfidznya sangat intensif?”
“Afifah ingin program tahfidz yang cepat dan kuat, ust” orangtuanya yang jawab.

Hari itu pula ia menjalani tes durasi. Dan yang melakukan tes durasi pada Afifah adalah mudir Al-Hikmah langsung. Gadis berusia 15 tahun ini sangat bersemangat menjalani test tahap satu ini. Begitu tes dimulai, ia langsung mengerahkan segenap fokusnya pada test. Saat waktu test berakhir dan ia harus menunjukkan hasil usaha maksimalnya, ia mentasmikan hafalannya di iringi ketegangan. Dan apa keputusan ust Irfan sesaat setelah Afifah selesai dinilai..."Bapak, Ibu, Afifah…mohon maaf. Afifah tidak lulus".

Afifah cukup kecewa pada hasil test yang ia dengar. Sebentar lagi Ia akan pulang membawa kesedihan. Tentulah perasaan kecewa dan sedih itu berangkat dari cita-citanya yang demikian menggebu untuk bisa menjadi seorang hafidzoh. Ia telah berusaha sekeras yang ia bisa lakukan, namun hasilnya adalah keputusan ustadz yang tak menggembirakan.

Selama ust Irfan berbincang dengan kedua orangtuanya, Afifah tampak murung, ia kelihatan tak bersemangat. Afifah adalah remaja yang selalu ingin membuat orangtuanya bangga pada dirinya. Maka dengan keputusan ustadz ini, afifah seolah merasa impiannya untuk segera membahagiakan kedua orangtuanya tdk akan terwujud.

Akan tetapi rupanya Alloh berkehendak lain. ust irfan menangkap apa tengah dirasakan Afifah saat itu. Beliau berkata pada kedua orangtuanya. "Bapak, ibu, coba besok sebelum dzuhur Afifah bawa kesini lagi. Jangan lupa bawa pakaian ganti untuk menginap. Saya mau kasih test kedua.” Dan hari itu Afifah pulang membawa harapan.

Esoknya sebelum dzuhur Afifah dianter kedua orang tuanya ke alhikmah. Sebelum masuk asrama ia sudah mendapat instruksi dr ust Irfan. "Afifah mulai ba’da Dzuhur ini saya minta menghafal terus. Jika mau tidur, tidurlah saat sudah lelah. Besok bangun jam tiga pagi, ngafal lagi setelah tahajud. Batas test mu adalah dzuhur besok, faham?"

“Siap ustadz” jawabnya penuh semangat. Hari itu kami melihatnya penuh kegembiraan.

Esoknya tepat jam 11 siang ustadz memanggilnya. Dan Afifah datang dengan mata yang sayu. Tampak sangat lelah. “Afwan ustadz, ana ketiduran. Semalam menghafal sampai jam 12. Dan bangun lagi jam setengah tiga dini hari.”

“Oya..dapat berapa halaman?”

“Hanya dapat 12 halaman, ustadz” jawabnya pelan, penuh kekhawatiran. Mungkin takut dinyatakan tak lulus lagi.

"Bagus Afifah, kamu lulus”

“Alhamdulillaaaah….” Wajah Afifah langsung cerah, senyum seketika tersungging. "Syukron ya ustaadz”.

Di program Super Manzil ia bekerja keras demi mebuktikan bahwa dirinya layak masuk program super itu. Lebih dari itu, semangat Afifah yang membara karena dibakar oleh keinginannya yang begitu besar untuk membuat kedua orangtuanya bangga. Dan tahukah anda pencapaian dari putri ibu Choirilia Lia ini? Ia BERHASIL MENUNTASKAN hafalannya di Super Manzil. 30 juz!


Selamat wahai gadis pekerja keras. Engkau sudah memberikan bukti kepada kami. ...
Selamat atasmu wahai gadis yang selalu ingin melihat senyum kebanggaan di wajah kedua orangtuamu. Barokalloooh..

*dari fb Astri Hamidah (15/2/2015)

http://www.takrim-alquran.org/program-sedekah-al-quran-untuk-kedua-orang-tua-2/

0 Response to "Afifah (15 tahun), Semangat Pantang Menyerah Membuatnya Jadi Hafidzhoh"

Post a Comment