Puteri Indonesia 2015, Anindya Kusuma Putri, membuat heboh dengan mengunggah foto dirinya menggunakan kaus bergambar palu dan arit, yang melambangkan paham komunis, yang dilarang di negara ini. Anindya berkilah, kaus tersebut ia dapatkan sebagai hadiah pertukaran dari mahasiswa Vietnam saat acara Association Internationale des etudiants en science economiques et commercials. Kaus itu ia pakai baju sebagai wujud penghargaan atas hadiah yang diberikan.
“Saya menghargai persahabatan antar-bangsa dan juga perbedaannya, termasuk ideologi masing-masing negara. Saat itu pun saya berpikir saya mengenakan baju itu karena menghargai teman-teman dari Vietnam. Sama halnya seperti mereka yang memakai baju batik pemberian saya” kata Anin pada konferensi pers di Graha Mustika Ratu, Selasa lalu (24/2). Ia juga mengatakan, dirinya sepenuhnya paham maksud lambang palu arit tersebut.
“Saya paham akan arti lambang tersebut bagi Indonesia, namun bukan berarti saya setuju dengan ideologi tersebut. Ideologi saya adalah Pancasila,” ujarnya.
Dalam konferensi pers itu, ia menyatakan foto ini diunggah pada tahun 2013 lalu di Semarang. Namun, dalam sebuah wawancara di salah satu televisi swasta, ia mengatakan foto tersebut diambil di Vietnam pada Juni 2014. Ternyata, ketika ditelusuri, Anin menggunakan kaus itu pada 7 Juni 2014 di Semarang, ketika lembaga Sobat Bumi Semarang bekerja sama dengan AIESEC Universitas Diponegoro membuat acara Green Gagers Menanam di Gunungpati, sebuah kecamatan di Semarang, Jawa Tengah.
Video acara tersebut, yang diunggah pada Desember lalu, bisa dilihat di bawah ini.
Sementara itu, pada 19 Agustus 2014 lalu, Ade Puji Kusmanto (31 tahun), warga Terlangu, Brebes, Jawa Tengah, ditangkap aparat Polsek Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah, karena memakai kaus hitam berlengan panjang bergambar stempel Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dijadikan lambang Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Ade adalah pedagang es kelapa muda. Ia ditangkap bersama Risamat (24 tahun), warga Majalengka, Jawa Barat. Padahal, Risamat tidak mengenakan kaus bergambar ISIS, tetapi bergambar skuter Vespa.
Ade mengaku membeli kaus bergambar ISIS saat mengikuti Musyawarah Wilayah Majelis Mujahidin di Cirebon, Jawa Barat. “Saya membeli sebelum Romadon. Lalu, apa yang salah? Kalimatnya tahlil,” katanya.
Selain mengamankan barang bukti berupa kaus bergambar ISIS, polisi ikut menyita buku-buku milik Ade yang kebanyakan soal agama. Salah satu buku yang diamankan polisi bahkan bergambar bendera ISIS.
Lalu, mengapa polisi tidak menangkap Anindya Kusuma Putri, yang jelas-jelas memakai kaus bergambar lambang paham terlarang di Indonesia dalam kegiatan sosial dan menyebarluaskan fotonya di media sosial, yang dilihat setidaknya ribuan orang? Mengapa polisi juga tidak menyelidiki benarkah kaus yang dipakai Anin itu buatan Vietnam, mengingat jarang sekali orang komunis Vietnam menggunakan lambang palu arit. Jadi, demi keadilan dan wibawa hukum di negeri ini, tangkap Puteri Indonesia 2015 seperti halnya Ade sang pedagang es kelapa muda. Bukankah semua warga negara berkedudukan sama di depan hukum? [Sumber]
“Saya menghargai persahabatan antar-bangsa dan juga perbedaannya, termasuk ideologi masing-masing negara. Saat itu pun saya berpikir saya mengenakan baju itu karena menghargai teman-teman dari Vietnam. Sama halnya seperti mereka yang memakai baju batik pemberian saya” kata Anin pada konferensi pers di Graha Mustika Ratu, Selasa lalu (24/2). Ia juga mengatakan, dirinya sepenuhnya paham maksud lambang palu arit tersebut.
“Saya paham akan arti lambang tersebut bagi Indonesia, namun bukan berarti saya setuju dengan ideologi tersebut. Ideologi saya adalah Pancasila,” ujarnya.
Dalam konferensi pers itu, ia menyatakan foto ini diunggah pada tahun 2013 lalu di Semarang. Namun, dalam sebuah wawancara di salah satu televisi swasta, ia mengatakan foto tersebut diambil di Vietnam pada Juni 2014. Ternyata, ketika ditelusuri, Anin menggunakan kaus itu pada 7 Juni 2014 di Semarang, ketika lembaga Sobat Bumi Semarang bekerja sama dengan AIESEC Universitas Diponegoro membuat acara Green Gagers Menanam di Gunungpati, sebuah kecamatan di Semarang, Jawa Tengah.
Video acara tersebut, yang diunggah pada Desember lalu, bisa dilihat di bawah ini.
Sementara itu, pada 19 Agustus 2014 lalu, Ade Puji Kusmanto (31 tahun), warga Terlangu, Brebes, Jawa Tengah, ditangkap aparat Polsek Adiwerna, Tegal, Jawa Tengah, karena memakai kaus hitam berlengan panjang bergambar stempel Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dijadikan lambang Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Ade adalah pedagang es kelapa muda. Ia ditangkap bersama Risamat (24 tahun), warga Majalengka, Jawa Barat. Padahal, Risamat tidak mengenakan kaus bergambar ISIS, tetapi bergambar skuter Vespa.
Ade mengaku membeli kaus bergambar ISIS saat mengikuti Musyawarah Wilayah Majelis Mujahidin di Cirebon, Jawa Barat. “Saya membeli sebelum Romadon. Lalu, apa yang salah? Kalimatnya tahlil,” katanya.
Selain mengamankan barang bukti berupa kaus bergambar ISIS, polisi ikut menyita buku-buku milik Ade yang kebanyakan soal agama. Salah satu buku yang diamankan polisi bahkan bergambar bendera ISIS.
Lalu, mengapa polisi tidak menangkap Anindya Kusuma Putri, yang jelas-jelas memakai kaus bergambar lambang paham terlarang di Indonesia dalam kegiatan sosial dan menyebarluaskan fotonya di media sosial, yang dilihat setidaknya ribuan orang? Mengapa polisi juga tidak menyelidiki benarkah kaus yang dipakai Anin itu buatan Vietnam, mengingat jarang sekali orang komunis Vietnam menggunakan lambang palu arit. Jadi, demi keadilan dan wibawa hukum di negeri ini, tangkap Puteri Indonesia 2015 seperti halnya Ade sang pedagang es kelapa muda. Bukankah semua warga negara berkedudukan sama di depan hukum? [Sumber]
0 Response to "Demi Keadilan, Tangkap Juga Putri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri!"
Post a Comment