[Walau Sudah Dilupakan Pemerintah] Mimpi Bikin MobNas (2)

[Walau Sudah Dilupakan Pemerintah] Mimpi Bikin MobNas (1)

Gandeng Proton

Nama PT ACL tiba-tiba menjadi buah bibir. Perusahaan milik mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono ini ramai dibicarakan usai meneken MoU dengan produsen mobil asal Malaysia, Proton Holdings.

Berdasarkan data yang terhimpun, perusahaan ini berkantor di salah satu Rumah Kantor (Ruko) di Tendean Square 26 Jalan Wolter Mongisidi 122-124, Jakarta Selatan.

Tak ada plang atau papan nama yang menunjukkan ruko ini merupakan kantor PT. ACL. Sebaliknya, di dinding ruko terpasang plang bertuliskan Kantor Notaris & PPAT, Muhammad Hannafi, S.H. Petugas keamanan mengatakan, ruko ini bukan kantor PT ACL melainkan notaris.

"Bikin males saja selalu menanyakan ACL. Kalau saya ketemu orangnya saya tempeleng. Di sini kalau mau bikin surat tanah atau izin lain bisa itu sih bener tempatnya di sini, kalau ACL bukan," ujar satpam, Kamis, 12 Februari 2015.

Jumat, 2 Februari 2015, PT ACL dan Proton meneken MoU terkait rencana kerja sama produksi mobil. Proses penandatanganan nota kesepahaman itu dihadiri dan disaksikan langsung oleh Jokowi, Perdana Menteri (PM) Malaysia, Najib Tun Abdul Razak dan mantan PM Malaysia, Mahathir Mohamad.

Dalam backdrop acara tertulis ‘MOU SIGNING CEREMONY THE DEVELOPMENT AND MANUFACTURING OF INDONESIA NATIONAL CAR’ atau "Acara Penandatangaanan MoU Pengembangan dan Produksi Mobil Nasional Indonesia."

Penandatanganan ini sontak mengundang kritik tajam dari sejumlah kalangan. Jokowi dinilai ingkar janji. Pasalnya, saat menjadi Wali Kota Solo, ia pernah berjanji akan mengembangkan mobil Esemka sebagai mobil nasional.


Kritik tajam bahkan keluar dari mulut Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Mantan wakil Jokowi ini menilai, Jokowi telah melupakan janjinya menjadikan mobil Esemka sebagai mobil nasional (Mobnas). Mantan Wakil Wali Kota Solo era Jokowi ini mengaku kecewa dengan rencana kerja sama pengembangan Mobnas yang menggandeng Proton.

Menurut dia, Jokowi seharusnya lebih fokus mengembangkan mobil Esemka sebagai Mobnas. Sebab, mobil tersebut juga pernah membantu Jokowi menapaki karir politik di Jakarta.

"Presiden harusnya fokus kepada Esemka saja untuk pengembangan mobil nasional. Dulu mobil Esemka Rajawali itu pernah mengantarkan Jokowi sebagai gubernur," ujarnya di Solo, Senin, 9 Februari 2015.

Ia mengenang, dulu bersama Jokowi bahu membahu berjuang meloloskan mobil Esemka untuk uji emisi. "Dulu ketika akan uji emisi, saya menyetir bolak-balik Solo-Jakarta. Namun, perjuangan itu kini sudah tidak artinya lagi. Saya sangat kecewa."

Kekecewaan yang sama juga datang dari PT SMK yang memproduksi mobil Esemka. Humas PT SMK Sabar Budi mempersoalkan kehadiran Jokowi dalam penandatanganan MoU tersebut.

"Kapasitas presiden sebagai apa. Kalau sebagai saksi jadinya ada semacam dukungan terhadap MoU tersebut," ujarnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 12 Februari 2015. Menurut dia, daripada menggandeng asing lebih baik Jokowi mendukung produk dalam negeri. "Presiden wajib mendukung produk dalam negeri."

Kritik juga datang dari parlemen. Wakil Ketua Komisi VI DPR Dodi Reza Alex Noordin mengatakan, Proton tak cocok untuk menjadi Mobnas. Ia menilai teknologinya masih kurang.

Selain itu kandungan lokalnya juga akan diimpor secara utuh. “Kalau program mobil nasional saya katakan Proton enggak cocok untuk jadi mobil nasional,” ujarnya, Kamis, 13 Februari 2015.

Menurut dia, pemerintah bisa mengembangkan Mobnas dengan teknologi sendiri. Ia juga heran karena Proton yang digandeng. Karena, di negara asalnya Proton tak laku. “Tapi jangan di bawa ke sini karena mereka sudah sekarat dan ingin menghidupkan mobil itu dengan menunggangi program mobil nasional kita.”

Kritik pedas juga datang dari pemilik akun twitter @TommySoeharto62. Akun yang diduga milik Hutomo Mandala Putra, bos PT. Timor Putra Nasional (TPN) ini berkicau, negara ini tidak akan maju jika para pemimpin masih memiliki mental nyontek dan tidak pernah percaya dengan kemampuan sendiri.

Akun twitter ini juga menyatakan, Timor terbukti dengan kualitas prima karena sampai hari ini masih banyak yang seliweran di jalan. Timor berusaha di berangus karena merek lain mulai gusar saat itu.

Timor ada bukan karena utk menipu. Timor masih ada sampai detik ini.

Kalau saat itu ada kebijakan bebas pajak untuk Mobnas kenapa tidak. Bukankah pemerintah wajib mendukung penuh produk2 murah berbau nasional. Hanya pemerintahan Pro asing yang mempersulit Produk dalam negeri.



Sumber: Viva.co.id
Foto: www.corporate.proton.com

http://www.takrim-alquran.org/program-sedekah-al-quran-untuk-kedua-orang-tua-2/

0 Response to "[Walau Sudah Dilupakan Pemerintah] Mimpi Bikin MobNas (2)"

Post a Comment