Apakah Pernyataan JK Sudah Terbukti?



Oleh: Syamsari 
(Aktivis BangKit Institut, Makassar)

Jika ada yang heboh di negeri ini yang dialamatkan ke Jokowi, mungkin kita teringat lagi pernyataan JK tentang Jokowi beberapa waktu lalu, pernyataan lengkap JK tentang Jokowi ini masih dapat kita buka di You Tube, kami hanya mengutip kembali poin-poin pentingnya:

“… Jangan presiden itu dipilih dengan pikiran mau uji coba, dengan pikiran karena umur, harus karena kemampuan…hampir semua kemampuan itu diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman, kalau hanya sekedar umur itu sangat berbahaya… kalau mentri iya, 100 persen kita dukung, karena kalau mentri itu hari ini tidak cocok besok kita ganti, tapi presidennya ndak cocok, ndak ada pengalaman, berbahaya, 5 tahun negeri ini menderita…kalau dia muda oke tapi syaratnya punya pengalaman, jangan karena dia muda, aa ini saja yang muda, akhirnya anda uji coba negeri ini padahal resikonya 240 juta orang kalau gagal. Jadi harus orang yang punya track record, sangat baik kalau dia muda tapi yang  lebih penting daripada umur ialah track record dan pengalaman…siapa bilang Jokowi tidak punya pengalaman, dia kan Gubernur DKI, pengalamannya jadi walikota Solo, tapi jangan tiba-tiba karena dia terkenal di Jakarta, tiba-tiba dicalonkan presiden, bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri ini”.

Penulis  menyarankan membuka langsung wawancara JK di You Tube, agar kita mendapatkan versi lengkapnya, namun potongan kata-kata Pak JK yang kami tuliskan di atas terngiang-ngiang dan kami anggap sangat penting dan sudah selayaknynya menjadi pelajaran bagi bangsa ini, terutama Jokowi.

Selama 100 hari ini negeri ini dinahkodai oleh Jokowi, kita telah merasakan bagaimana Jokowi berkuasa.  Kebijakannya menaikkan BBM telah menyebabkan harga-harga barang naik dan tidak turun walau harga BBM “diturunkan” harganya,  sangat  merugikan masyarakat sebagai konsumen.  Nampak sekali bahwa tidak ada korelasi antara blusukan Jokowi dengan meningkatnya sikap empati beliau pada kondisi masayarakat, nampaknya blusukannya untuk pencitraan saja, karena tidak membuat Jokowi semakin mengerti seluk beluk kehidupan rakyat, susah dan sedihnya, sepertinya blusukan itu betul betul hanya sebatas kesibukan.

Alih-alih berharap peluang kerja terbuka lebar,para fasilitator PNPM yang bertemu kami di lapangan telah menyampaikan bahwa Jokowi justru telah memberhentikan kontrak ribuan orang dari pekerjaannya sebagai fasilitator PNPM yang telah berjasa mengawal program PNPM dan relative berhasil meningkatkan paritispaasi masyarakat dalam menyukseskan pembangunan di desa-desa. Kata orang bijak, jika belum mampu menciptakan sesuatu yang lebih baik cukuplah memelihara kebaikan yang telah ada.

Kedua contoh kebijakan di atas ditujukan  untuk memperbesar celah fiskal, itulah yang didengung-dengungkan oleh jokowi namun sampai sekarang juga kita tidak mengetahui dengan jelas celah fiscal itu akan digunakan untuk apa, sebab sampai saat ini Presiden Jokowi belum berkomunkasi dengan DPRRI terkait alokasi anggaran di APBN P.

Teranyar, kisruh KPK dan Polri telah menunjukkan secara nyata kepada kita kemampuan seorang Jokowi.  Baru kali ini sepanjang sejarah RI, kita mendapatkan presiden yang urusan pengangkatan Kapolri saja bermasalah, berlarut-larut, bahkan bukan hanya presiden dan siapa sosok kapolri tapi sudah menjadi segitiga masalah Presiden-Kapolri-KPK, tambah melebar, padahal ini hak prerogatifnya,  melebar tidak cukup dengan saran lembaga sekelas wantimpres, bahkan harus membentuk tim independen yang kemudian dipermasalahkan back up aturannya dan juga kenetralannya, itupun belum berakhir, harus bertemu dengan sosok Prabowo dan mantan Presdien BJ. Habibie, dan belum berakhir….rasa-rasanya masih panjang perseteruan ini, karena masalahnya adalah soal pengetahuan dan pengalaman kata beliau, JK. maka muncul pertanyaan dalam hati: apakah pernyataan JK sudah terbukti?  Rasa-rasanya ya.

Jika Jokowi seorang sosok bijaksana maka sudah selayaknya beliau berterima kasih kepada JK, karena secara gamblang JK menjelaskan kelemahan yang harus diwaspadai saat menjadi presiden seperti sekarang ini. Dan siapa yang bisa melewati titik kritis “kelemahannya” dia akan berhasil.  Sudah seharusnya Jokowi berdiskusi secara intens dengan JK dalam setiap pengambilan keputusan, walaupun JK hadir pada saat Jokowi konfrensi pers namun kami melihat peran JK minim, bahkan mungkin tidak ada, sebab JK punya “cita rasa khas” jika beliau ada dalam pengambilan keputusan, beliau punya pengetahuan dan pengalaman.

Selain JK dan tokoh-tokoh utama, sudah banyak pihak memberikan masukan untuk sang presiden namun rasanya beliau tetap saja masih saja susah mengambil keputusan dan memenej situasi sehingga contoh  perseteruan KPK Polri semakin lama semakin “mengerikan”.

Ibarat Jokowi pemain Kungfu, banyak jurus yang telah dipelajari namun tak satupun jurus yang diputuskan untuk digunakan menyelesaikan pertarungan dan juga belum bisa meramu jurus baru yang lebih ampuh dari jurus-jurus yang dipelajari.

Bagi tokoh-tokoh dan masyarakat yang telah memberikan masukan patut diberikan apresiasi, kiranya masukan itu bisa melahirkan kepemimpinan yang mumpuni, berwibawa, yang menentramkan, yang lebih adil karena Rasulullah SAW bersabda:

"Keadilan (pemimpin) sesaat lebih afdhal daripada ibadah selama enam puluh tahun. Dan curang (zhalim) dalam berhukum (kepemimpinan) sesaat lebih berat akibatnya di sisi Allah daripada maksiat selama enam puluh tahun." (HR. Mundziri dari Abu Hurairah ra).


0 Response to "Apakah Pernyataan JK Sudah Terbukti? "

Post a Comment