Pelaku usaha angkutan kota (Angkot) berharap, Jokowi-Jusuf Kalla memberikan perhatian lebih jika menaikkan haraga BBM.
Sopir Angkot Cihanjuang-Parongpong Kiki (34) sangat ketakutan jika pemerintahan yang baru jadi menaikkan harga BBM.
"Siapa yang mau BBM naik. Sudah mah muatan menurun, ditambah BBM naik. Makin susah saja hidup orang kecil," keluhnya, di pertigaan Cihanjuang.
Profesi sopir yang telah dijalaninya selama 10 tahun menjadikan ia tahu mata pencahariannya akan terdampak kenaikan BBM. Pasca kenaikan BBM beberapa kali yang lalu, dia mengaku merasakan penurunan penghasilan yang drastis.
"Dulu uang lebih setoran bisa leluasa dibawa ke rumah. Sekarang mah boro-boro. Jangankan bisa dibawa ke rumah, untuk menutupi setoran saja susahnya minta ampun," ujarnya.
Sopir lainnya, Iyan (43) mengungkapkan hal sama. Meskipun akhirnya akan ada kenaikkan tarif Angkot, namun menurutnya, kenaikan tarif tidak akan sebanding dengan kenaikan BBM.
"Jumlah penumpang pasti menurun. Masyarakat mikirnya mendingan pakai motor, lebih murah dan cepat raripada naik angkot. Kalau sudah begitu mau bagaimana coba," kesalnya.
Terpisah, ketua Organda Kota Cimahi Dida Suprinda mengungkapkan, jika kenaikan harga BBM bersubsidi tidak bisa dihindari, pemerintahan baru wajib menunjukkan komitmennya untuk memperhatikan para pelaku usaha angkot.
"Kami berharap angkutan umum bisa mendapatkan subsidi khusus karena apa yang kami lakukan itu menyangkut orang banyak dan mereka yang tidak mampu," katanya, Kamis (31/10).
Dikatakannya, Angkot sebagai angkutan publik merupakan tulang punggung transportasi 'wong cilik.' Jika orang kaya, tidak mungkin mau macet, nunggu ngetem, sumpek, kepanasan dan ikutan bejubel naik Angkot.
Karena itu pihaknya mengharapkan ada subsidi khusus terhadap angkutan umum. Bukan hanya untuk supir dan pengelola Angkot saja, namun masyarakat umum yang menjadi konsumen setia.
"Ketika BBM naik, maka yang kami harapkan subsidi itu diberikan untuk orang dan barang. Ini sangat perlu karena pelaku usaha Angkot menengah ke bawah," ujarnya.
Pertimbangan lainnya, bisnis angkutan umum akhir-akhir ini tengah limbung. Hal ini disebabkan karena Angkot kalah bersaing dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Kuda besi ini semakin banyak diminati warga masyarakat karena kemudahan pembelian lewat perusahaan leasing.
Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi nanti, dipastikan akan berdampak terhadap melonjaknya tarif angkutan umum. Penyesuaian tarif harus dilakukan agar para pengusaha angkutan mampu bertahan di saat harga spare part dan bahan bakar kian melambung.
Meski begitu, pihaknya berusaha keras untuk menghindari terjadinya penyesuaian tarif meskipun terkena dampak kenaikan harga BBM. Karena apabila tarif harus dinaikkan, maka dikhawatirkan penumpang akan semakin kabur.
"Karena persaingan antar moda semakin ketat. Kenaikan harga BBM sebelumnya pun telah membuat harga spare part naik hingga 200% dan tidak mungkin turun lagi," ujarnya. [inilah/fs]
Sopir Angkot Cihanjuang-Parongpong Kiki (34) sangat ketakutan jika pemerintahan yang baru jadi menaikkan harga BBM.
"Siapa yang mau BBM naik. Sudah mah muatan menurun, ditambah BBM naik. Makin susah saja hidup orang kecil," keluhnya, di pertigaan Cihanjuang.
Profesi sopir yang telah dijalaninya selama 10 tahun menjadikan ia tahu mata pencahariannya akan terdampak kenaikan BBM. Pasca kenaikan BBM beberapa kali yang lalu, dia mengaku merasakan penurunan penghasilan yang drastis.
"Dulu uang lebih setoran bisa leluasa dibawa ke rumah. Sekarang mah boro-boro. Jangankan bisa dibawa ke rumah, untuk menutupi setoran saja susahnya minta ampun," ujarnya.
Sopir lainnya, Iyan (43) mengungkapkan hal sama. Meskipun akhirnya akan ada kenaikkan tarif Angkot, namun menurutnya, kenaikan tarif tidak akan sebanding dengan kenaikan BBM.
"Jumlah penumpang pasti menurun. Masyarakat mikirnya mendingan pakai motor, lebih murah dan cepat raripada naik angkot. Kalau sudah begitu mau bagaimana coba," kesalnya.
Terpisah, ketua Organda Kota Cimahi Dida Suprinda mengungkapkan, jika kenaikan harga BBM bersubsidi tidak bisa dihindari, pemerintahan baru wajib menunjukkan komitmennya untuk memperhatikan para pelaku usaha angkot.
"Kami berharap angkutan umum bisa mendapatkan subsidi khusus karena apa yang kami lakukan itu menyangkut orang banyak dan mereka yang tidak mampu," katanya, Kamis (31/10).
Dikatakannya, Angkot sebagai angkutan publik merupakan tulang punggung transportasi 'wong cilik.' Jika orang kaya, tidak mungkin mau macet, nunggu ngetem, sumpek, kepanasan dan ikutan bejubel naik Angkot.
Karena itu pihaknya mengharapkan ada subsidi khusus terhadap angkutan umum. Bukan hanya untuk supir dan pengelola Angkot saja, namun masyarakat umum yang menjadi konsumen setia.
"Ketika BBM naik, maka yang kami harapkan subsidi itu diberikan untuk orang dan barang. Ini sangat perlu karena pelaku usaha Angkot menengah ke bawah," ujarnya.
Pertimbangan lainnya, bisnis angkutan umum akhir-akhir ini tengah limbung. Hal ini disebabkan karena Angkot kalah bersaing dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Kuda besi ini semakin banyak diminati warga masyarakat karena kemudahan pembelian lewat perusahaan leasing.
Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi nanti, dipastikan akan berdampak terhadap melonjaknya tarif angkutan umum. Penyesuaian tarif harus dilakukan agar para pengusaha angkutan mampu bertahan di saat harga spare part dan bahan bakar kian melambung.
Meski begitu, pihaknya berusaha keras untuk menghindari terjadinya penyesuaian tarif meskipun terkena dampak kenaikan harga BBM. Karena apabila tarif harus dinaikkan, maka dikhawatirkan penumpang akan semakin kabur.
"Karena persaingan antar moda semakin ketat. Kenaikan harga BBM sebelumnya pun telah membuat harga spare part naik hingga 200% dan tidak mungkin turun lagi," ujarnya. [inilah/fs]
0 Response to "Siapa Mau Harga BBM Naik?"
Post a Comment