KETIKA BABI "MIRIP" MANUSIA
Sebenarnya saya tidak kaget-kaget amat dengan pengalaman pertama anak Presiden yang mengatakan “Ini daging yang paling enak yang pernah gue coba" saat tak sengaja memakan daging Babi di sebuah cafe/warung di Singapore. Daging yang sering diberi kode "B2" di Indonesia.
Saya tidak "maido" alias menyangkal. Walau pun saya tidak berminat untuk memakannya--tapi memang terlihat dari bentuknya saja saya bisa menebak bahwa daging tersebut sangat lembut. Lebih lembut dari rambak di gudeg-gudeg ala Yogya.
Namun terlepas soal sudut pandang tingkat ke-haram-an sesuai keyakinan agama yang saya anut--Islam atau agama saudaraku pemeluk Nasrani Adven, ada satu faktor utama yang membuat saya sangat tidak tertarik untuk menyantap daging jenis binatang ini.
Faktor itu adalah faktor kedekatan genika babi dengan manusia dimana menurut penelitian terakhir, DNA-nya sangat mirip. Mencapai 98%. Lebih tinggi daripada kemiripan DNA manusia terhadap simpanse atau baboon.
Saking miripnya, menurut buku "SWINE in the LABORATORY" karya M. Michael Swindle--kemiripan ini sangat berpotensi untuk perkembangan dunia kedokteran dimasa depan.
Tak heran, dari sekedar kapsul atau benang jahit luka yang berbahan dasar babi yang terbukti mudah menyatu dengan tubuh manusia, kini perkembangannya jauh lebih tinggi.
Babi yang secara alamiah merupakan binatang omnivora atau pemakan segalanya seperti manusia--menurut Michael Swindle berarti organ yang berkerja pada babi, berarti mempunyai kemungkinan besar bisa berkerja kepada manusia.
Contoh organ yang sangat mirip adalah ginjal, jantung dan paru-paru babi. Dagingnya pun--konon menurut sohib yang pernah memasaknya, warna putih nya sangat mirip daging manusia.
Tak heran makin kesini, kesuksesan penelitian transfer organ babi ke manusia yang disebut "xenotransplantation" semakin menuju kesempurnaanya.
Bahkan Professor Hiro Nakauchi dari Tokyo University yang terus melakukan pengembangan ini, termasuk iPS cells untuk melakukan pertukaran kulit dari manusia dewasa kepada embrio babi menjadi sangat optimis.
Beliau berfikir jika pengembangannya semakin sempurna maka daftar tunggu donor akan berakhir. Berakhir pula masalah pertukaran organ tubuh yang selama ini sangat sulit dan terbatas.
Jadi, kembali ke masalah daging babi. Jangankan memakannya, mencoba mencicipi saja saya sangat-sangat-sangat sungkan. Kan kayak sedang memakan "saudara" sendiri gitu loh. Kanibalisme gaya baru. Hehehe...
Selamat pagi, dan tetap cinta tempe goreng yang tak hanya lezat tapi terdapat aroma rindu kepada kampung halaman jika sedang di negeri orang.
MERDEKA...!
(Hazmi Srondol)
0 Response to "Makan Babi "Seperti" Makan Saudara Sendiri"
Post a Comment