Antara Kenaikan Harga BBM, SPBU Shell, dan Petral
Harga BBM Shell Super Rp10.600 dan Pertamax Rp.10.700 (biasanya selisihnya jauh-jauhan).
Kalau BBM Shell (Super dan Pertamax) dengan nilai Oktan 92 harganya segitu, dan Premium Pertamina yang Oktannya 84-86 akan naik 3.000, apakah masih ada subsidi terhadap BBM di harga Rp 9.500? (6.500+3.000).
Kalau yang di subsidi di Oktan 92, itu sih wajar di harga Rp 9.500/liter.. Lha ini Oktan 84-86..?? Subsidi bagian mananya?? Alasannya mengurangi subsidi.... artinya masih ada subsidi kan?? Gak pernah jelas memang masalah harga jual Premium di Indonesia.
Mana lagi ini Menteri ESDM yang baru kok ngotot pemerintah mempertahankan Petral. Ia menjelaskan Petral yang 100 persen sahamnya dimiliki Pertamina selamai ni dikenal sebagai instrumen impor minyak mentah dan BBM untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri. (Baca: Menteri ESDM Tetap Pertahankan Petral, Ini Alasannya)
Padahal Pertamina memiliki kredibilitas, credit worthiness (kelayakan kredit) yang besar. Pertamina tidak perlu jual minyak mentah lewat perusahaan kertas atau paper trading company di Hongkong yang jadi alat kroni-kroni kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan sekitar 30 hingga 40 sen dolar AS per barel dari ekspor minyak mentah Indonesia.
Lha ini namanya tetap memelihara jaringan penyamun. Kegiatan-kegiatan eksplorasi dipersulit dan akhirnya sangat tergantung dengan minyak Impor yang disuling di Singapura. Bisa banget negara kecil ini mainin politik minyak Indonesia.
Pemerintah kalo bebas dari mafia energi harus berani bubarkan Petral. Karena pasti akan sulit untuk membuat kebijakan-kebijakan energi. Indonesia harus mampu membangun kilang minyak sendiri, menjadikan Pertamina sebagai mesin dagang yang transparan dalam jual beli minyak dan rakyat tidak dihajar oleh minyak luar negeri dengan guyuran subsidi dimana pada akhirnya, pendidikan dan kesehatan diabaikan.
Jokowi kalo sehat nurani akan menolak gagasan menteri ini.
(Agus Santoso)
0 Response to "Antara Kenaikan Harga BBM, SPBU Shell, dan Petral "
Post a Comment