PKS: Harga Beras Naik Karena Tata Niaga dan Manajemen Stok Buruk


Anggota DPR RI Komisi IV dari F-PKS Rofi Munawar kenaikan harga beras hampir 1 bulan terkahir selain diakibatkan produksi dan distribusi yang terganggu, disisi lain adanya pengelolaan tata niaga dan manajemen stok yang buruk dari regulator.

“Pemerintah harus segera menemukan secara cermat titik simpul kenaikan beras, mengingat situasi ini sudah terjadi selama 1 bulan terakhir. Operasi pasar telah dilakukan oleh Badan Urusan logistik (Bulog), namun belum dapat secara efektif melakukan intervensi terhadap pasar karena tidak merata dan massif," ungkap Rofi Munawar, Ahad, (22/2).

Kenaikan harga beras hampir terjadi di seluruh sentra pangan dan pusat distribusi beras, kondisi tersebut menyebabkan kenaikan harga di tingkat konsumen. Di Subang, Jawa Barat, dalam sepekan terakhir. Harga jenis beras medium dan premium, mengalami kenaikan rata-rata 10-30 persen. Sementara itu Pasar Induk Cipinang, Jakarta, terpantau harga-harga beras mengalami kenaikan cukup signifikan. Rata-rata kenaikan mencapai 30 persen.


Seperti beras jenis IR 4 yang paling murah saat ini dijual dengan harga Rp 10.000/kg, padahal normalnya Rp 8.500/kg. Kemudian disusul IR 3 dengan kualitas medium, naik dari Rp 9.000/kg menjadi Rp 10.600/kg. Selain itu beras jenis IR 2 juga naik dari Rp 9.500/kg menjadi Rp 11.000/kg dan beras jenis IR I naik dari Rp 10.000/kg menjadi Rp 12.000/kg.

“Kenaikan yang terjadi hari ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non produksi seperti dampak bawaan fluktuasi kenaikan harga BBM,  yang berpengaruh kepada ongkos giling gabah menjadi padi dari Rp 600/kg menjadi Rp 800‎/kg. Bersamaan dengan itu juga upah buruh tani naik, dari yang semula Rp 50.000/setengah hari menjadi Rp 60 ribu/setengah hari. Kemudian, ongkos transportasi, dan logistik yang naik.” Jelas rofi.

Anggota parlemen dari Jawa Timur ini menambahkan, sebenarnya situasi ini dapat dihindari jika peran Bulog dapat dimaksimalkan secara optimal sebagai stabilisator harga beras dan meningkatkan daya serapan padi dimasa panen raya. Karena, disaat seperti ini selain perlunya operasi pasar sebagai instrumen dalam pengendalian harga dan ketersediaan beras, Bulog juga perlu secara kreatif memiliki kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap pasar dan mengefisienkan jalur-jalur distribusi yang hanya terkonsentrasi pada pihak tertentu.

“Jika memang betul adanya polarisasi distribusi yang tidak sehat sehingga menyebabkan potensi terjadinya mafia beras, pemerintah harus tegas dan serius menindak pelakunya di level manapun.” tegas Rofi.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menuding adanya mafia beras di balik lonjakan harga beras saat ini. Pasalnya, kata Gobel, sejak Desember 2014 hingga Januari 2015, Bulog sudah menggelar Operasi Pasar dengan menggelontorkan 75 ribu ton beras kepada pengelola Pasar Cipinang, PT Food Station, dengan harga gudang Rp 6.800.

0 Response to "PKS: Harga Beras Naik Karena Tata Niaga dan Manajemen Stok Buruk"

Post a Comment