Agung Laksono - (Foto: Tempo.co) |
Popularitas Agung Laksono belakangan ini memuncak seiring manuvernya merebut puncak kekuasaan partai berlambang pohon beringin, Golongan Karya (Golkar).
Upayanya menggulingkan Aburizal Bakrie sebagai petahana, gagal total karena tak didukung oleh kekuatan real dewan pimpinan daerah (DPD).
Namun bukan Agung Laksono namanya jika kehabisan akal. Ia kemudian menggulirkan wacana pembentukan Presidium untuk menyelamatkan Golkar.
Menanggapi hal ini, wakil bendahara umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Muhammad Rifki menilai, Agung Laksono yang mengklaim sebagai 'penyelamat' Golkar justru membuat kekisruhan di internal partai.
Rifki bahkan dengan berani menyebut Agung sangat bernafsu menduduki kursi ketua umum.
"Saya sudah menduga dan menganalisa selama ini, yang mengaku penyelamat Golkar ternyata memiliki libido tinggi untuk menjadi ketua umum. Di mana letak penyelamatannya? itu yang menjadi pertanyaan besar," ujar Rifki, Senin, 8 Desember 2014.
Eki Pitung, panggilan akrab Rizki, menegaskan, sebagai seorang kader senior, semestinya Agung Laksono menjaga nama besarnya dengan tak melakukan manuver yang nantinya akan mempermalukan diri sendiri.
"Kini dia telah mencoreng nama besarnya sendiri. Ibaratnya, kau yang mulai dan kau yang mengakhiri, seperti lagu dangdut," lanjut Eky Pitung.
Menurut Eki, kader-kader yang telah dipecat dari kepengurusan Golkar seperti Agung Laksono dan kawan-kawan, sebaiknya mengikuti jejak senior Golkar yang terdahulu seperti Wiranto, Prabowo Subianto, dan Surya Paloh.
"Kalau sudah dipecat ya silakan keluar baik-baik jangan membuat keruh internal Golkar. Contohnya Wiranto dan Prabowo, mereka keluar dari Golkar dan langsung membuat partai. Jadi, jangan membuat hancur internal partai," tuturnya.
Kiranya penuturan Eki tak berlebihan. Anomali sikap para politisi senior yang sudah banyak makan asam garam seperti Agung Laksono memang mengejutkan.
Agung Laksono, sebagai seorang dokter sekaligus politisi senior yang pernah menduduki pos-pos kementerian mulai dari era Soeharto hingga SBY, semestinya memahami pentingnya berlaku lurus dan tak maruk jabatan.
Sangat disayangkan memang, bila karena ambisi pribadi, karir politik Agung Laksono, aleg dari dapil DKI 1 yang pada periode 2004 - 2009 pernah menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) namun pada periode berikutnya justru gagal melenggang ke Senayan, kini mempertaruhkan nama besarnya sebagai sosok yang ingin menghancurkan partai yang membesarkannya.
Dengan tampil sebagai Ketua Umum hasil Munas tandingan, menolak kebijakan partai dan berdiri sebagai pelayan penguasa, Agung justru memperburuk wajah karir politiknya.
Menyitir pendapat Eki Pitung, yang dilakukan Agung adalah mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompoknya, bukan partai secara keseluruhan.
Maka Eki berharap, pemerintah harus jernih memandang dan memutuskan kasus Agung Laksono.
"Ini persoalan internal parpol, jadi saya berharap dalam hal ini pemerintah jangan sampai melakukan intervensi terlalu jauh dalam persoalan ini dan harus mengedepankan obyektifitas yang ada. Ini adalah ujian terbesar partai kami, biarkan kami menyelesaikan urusan rumah tangga kami sendiri," tegasnya.
0 Response to "Caleg Gagal Ini Jadi Ketua Golkar Tandingan"
Post a Comment