Menimbang Nasib "Air-Indonesia" Dengan 230 Juta Penumpang


Oleh Adhie M Massardi

Berita musibah AirAsia QZ 8501 sudah hampir memasuki babak akhir setelah tim Basarnas sukses menemukan BlackBox pesawat na’as yang jatuh di selat Karimata (Pangkalanbun) itu.

Berkat berita di berbagai media selama beberapa minggu yang mengangkat berbagai aspek kedirgantaraan, kini kita jadi paham dunia penerbangan.

Kini kita jadi bisa lebih memahami ketika negara kita yang sering dianalogikan pesawat yang membawa rakyat Indonesia.

Di zaman Soeharto ada istilah “Indonesia siap lepas landas” karena dianggap sudah menyelesaikan program Pembangunan 25 Tahun Tahap I - 1968 - 1993. Tapi baru mengangkasa sebentar, muncul awan Kolumonimbus itu. “Pesawat Air-Indonesia” pun mengalami turbulensi. Pilotnya diganti!

Pada era Susilo Yudhoyono, “Air-Indonesia” disebut auto pilot. Tapi karena tetap di landasan, sedang pilotnya lebih banyak nyanyi dan bersolek, selama 10 tahun “Air-Indonesia” tidak ke mana-mana.

Kini, muncul pertanyaan di benak, dan ingin saya tanyakan kepada Anda.

1. Apakah pesawat “Air-Indonesia” secanggih Airbus A320-200 yang dipakai AirAsia QZ8501, dengan sistem kendali fly by wire digital?

2. Apakah pilot “Air-Indonesia” sehebat Kapten Irianto yang mengantongi 20.537 jam terbang, dan memiliki 2.500 jam terbang di militer serta 1.000 jam terbang bersama F-5 Tiger?

Hidup, mati, dan takdir memang hanya milik Allah SWT. Tapi kita bisa berkaca, pesawat secanggih Airbus A320 dengan pilot seandal Kapten Irianto saja bisa alami nasib seperti itu, bagaimana “Air-Indonesia” dengan lebih 230 juta rakyat?

Jadi bila Anda tahu ada masalah pada pesawat dan pilotnya tapi Anda diam saja, maka Anda termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Dalam Islam yang saya yakini, kita berdosa kalau tahu tapi membiarkan duri di jalan yang bisa celakai orang. Tapi dapat pahala bila kita singkirkan duri itu. Wallahualam bishawab.

*sumber: RMOL

0 Response to "Menimbang Nasib "Air-Indonesia" Dengan 230 Juta Penumpang"

Post a Comment