Kultwit @Subiakto: Bagaimana UKM Menyiasati Serangan Produk Asing di Era MEA 2015
Pada 31 Desember 2015 mendatang, kesepakatan Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA/Asean Economic Community) atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku. Jika ingin tetap bisa bersaing, Indonesia harus berbenah. Sebab, daya saing beberapa sektor industri utama kita masih kalah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.
Berikut kultwit dari @subiakto, pakar branding Indonesia, seputar kesiapan UKM dan tantangan MEA:
1. Diakhir tahun 2015, begitu #MEA2015 diberlakukan, Indonesia Bakal Diserbu produk2 negara2 ASEAN dan Tenaga Asing
2. Produk dari negara-negara ASEAN akan "menyerbu" Indonesia bersama MEREK-MEREK mereka saat #MEA2015 diberlakukan 31 Desember 2015
3. Mayoritas pelaku #UKM Indonesia belum menyadari ancaman yg harus dihadapi, bahkan banyak yg belum pernah dengar apa itu #MEA2015
4. Yg menambah lemah posisi pelaku #UKM Indonesia karena sebagian besar bahan baku industri juga masih bergantung pada produk impor #MEA2015
5. Nampaknya Pemerintah cukup kesulitan menyusun strategi & rencana yg tepat utk melindungi kepentingan pelaku #UKM
6. Hal ini berpotensi memperlemah daya saing produk2 #UKM terhadap produk2 negara2 ASEAN yg akan menyerbu Indonesia
7. Untuk menghadapi serbuan itu sebaiknya kita memilah langkah dari ke 12-sektor prioritas pasar bebas tersebut
8. Mengupas langkah dari masing2 sektor akan butuh waktu dan perhatian khusus. Kapan2 akan sy bahas ttg hal ini
10. Produk2 negara2 ASEAN akan menyerbu Indonesia membawa merek yg beberapa diantaranya sudah menjadi Brand di Indonesia
11. Lebih parah lagi sudah puluhan tahun merek2 asing dibiarkan merajalela menjajah PASAR Indonesia menyusup ke ruang2 dirumah kita
12. Coba anda perhatikan merek2 apa saja yg sudah bercokol di dapur anda, meja makan, kamar mandi, garasi, bahkan kamar tidur
13. Hampir semua merek ASING. Bahkan benyak merek nasional pun sudah jadi milik ASING.
14. Gak bisa disalahkan krn pemerintah fokus menciptakan kesempatan kerja dan beranggapan bhw investasi Asing adlh solusi
15. Pemerintah tidak menyadari bahaya Merek2 asing tsb. Buat pemerintah Merek sekedar nama yg tertempel di produk2 tsb
16. Seharusnya pemerintah sadar bila Merek2 itu berhasil menjalin ikatan emosi dg konsumen dia menjelma jadi BRAND yg sulit ditukar
17. Ketika ikatan emosi sampai pd tingkat JATIDIRI konsumen maka merek2 itu sdh jadi BRAND LOYALTY dan tidak jarang dikultuskan
18. Pada tingkat BRAND-CULT merek tersebut bakal sulit di ganti dgn merek lain meskipun produknya persis sama krn sdh fanatik
19. Menyadari ini seorang pakar marketing melemparkan ide pentingnya #UKM punya brand yg kuat agar bisa bersaing ditingkat global
20. Gayung bersambut para pelaku #UKM pun ber-bondong2 mengamini dan antusis untuk membangun BRAND mereka
21. Cilakanya para pakar marketing sudah terlanjur percaya bhw untuk membangun BRAND perlu promosi dgn dana besar
22. Bbrp pelaku #UKM yg smart lalu manfaatkan sosmed sbg ajang promosi. Bbrp mmg berhasil sukses 'dgn cepat'. Turunnya cepat pula
23. Sosmed mmg berhasil menciptakan sensasi viral bagi para follower utk mencoba produk. Brp yg repeat purchase?
24. Ada satu 'kuncian' yg cenderung di lupakan oleh pakar marketing. Membangun merek menjadi BRAND butuh sesuatu yg unik
25. Unik disini bukan sekedar beda atau differentiation, melainkan harus jadi satu2nya dalam kategorinya. Descrimination
26. Gak bisa bikin produk yg unik? Gak masalah. Kalau produknya gak unik maka servisnya harus unik. Disini kreativitas dibutuhkan
27. Pelaku #UKM mau bikin BRAND? Problem terbesarnya adalah jarang pelaku #UKM memiliki produk yg unik. Rata2 produknya mee-too
28. Kalo korporasi mau bikin BRAND dgn produk mee-too mudah. Cukup buat iklan dgn budget tinggi + frekuensi tinggi. Kapan2 sy share
29. Saya setuju #UKM harus punya BRAND yg kuat. Tapi harus mampu memproduksi produk yg unik
30. Pertama #UKM jangan nyontek produk yg bakal masuk Indonesia. Siapkan produk yg lebih baik sehingga ktk mrk masuk jd gak in lagi
31. Produk apa saja yg bakal masuk? Perhatikan produk2 test-market dr negara2 tetangga yg sdg uji coba di daerah perbatasan
32. Di pesisir timur Sumatra dipenuhi produk2 made-in Malaysia, Singapore, Thailand dan sebagian Vietnam. Kebanyakan makanan olahan
33. Nah silahkan antisipasi dgn ujicoba produk di kategori yg sama tapi lebih unik disana. Kita buat konsumen cinta produk sendiri
34. Kuncian kedua adlh Cinta produk sendiri. Nah tantangan paling berat buat #UKM adlh membuat konsumen mencintai produk sendiri
35. Yg pasti masyarakat cinta produk warisan nenek moyang. Spt org Padang cinta RENDANG. Ada yg salah kalau org Padang cinta burger
35b. Dan saya yakin org Padang gak bakalan beli RENDANG buatan Malaysia atau Thailand meskipun lebih murah. Krn RENDANG mmg unik
36. RENDANG mmg milik org Padang. Tepatnya komunitas Padang. Maka Rendang tdk bisa dipisahkan dari Padang. Rendang Padang
37. Akan halnya Rendang Padang maka Rendang adlh produknya dan Padang adlh BRANDnya. Tepatnya KOMUNAL-BRAND
38. Mengapa KOMUNAL BRAND? Krn Padang gak cuma punya Rendang. Ada Sate, ada Resto, ada ketan-durian, dan banyak lagi
39. Kalau #UKM Rendang mau dicintai anak muda tambahkan LIVESTYLE pd rendang anda. Dan anak muda Padang bakalan kembali ke rendang
40. Sekian. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di kultwit #MEA2015 yang lain
0 Response to "Kultwit @Subiakto: Bagaimana UKM Menyiasati Serangan Produk Asing di Era MEA 2015"
Post a Comment