'Anggarannya ada, anggarannya ada'



Anggarannya ada, anggarannya ada.

Itulah manis lidah yang dikemukan Joko Widodo saat Prabowo Subianto menanyakan dari mana duit untuk membiayai kartu-kartu andalan kompetitornya itu.

Bagi pemegang hak suara di negeri yang tingkat pendidikan penduduknya ini masih lebih besar yang sekedar tamat pendidikan menengah saja, jawaban manis lidah itu adalah jawaban sederhana yang cerdas. Pertama, karena kebelummengertian. Kedua, karena yah, Joko Widodo bisa menjawab apa yang ditanyakan Prabowo. Perkara jawabannya tepat atau tidak, mereka juga belum begitu paham. Apatah lagi, media-media besar yang keberpihakannya ke Joko sangat transparan, beramai-ramai menebalkan kata "bocor, bocor, bocor" ketimbang konyolnya jawaban Joko. "Bocor, bocor, bocor" adalah ungkapan lugu Prabowo atas uang negara yang lebih banyak dinikmati pihak lain, ketimbang masuk ke kas negara untuk pembiayaan pembangunan. Media-media itu bukannya mengangkat derajat kecerdasan rakyat, malah menjerumuskan mereka ke pilihan yang sedang tidak tepat untuk bangsa ini.

Sekarang, Joko Widodo kelimpungan mewujudkan janji manisnya. Langkah pertama adalah menaikkan harga BBM. Tujuannya untuk menciptakan marjin yang lebih besar, agar duit segera masuk dalam jumlah besar. Tujuan apalagi kah, wong harga BBM naik justeu di saat harga minyak dunia merosot jauh?

Ruang fiskal memang tercipta. Pemerintah punya duit lebih. Tapi ingat, itu di sisi pemerintah. Di sisi rakyat, ruang fiskal nya rakyat menyempit. Duit rakyat tersedot ke kas pemerintah. Lalu, "anggarannya ada, anggarannya ada" itu ada dari mana? Ya, ternyata dari nyedot duit rakyat juga -lah.

Setelah BBM diturunkan, lalu dinaikkan lagi sedikit, dengan langkah halus pemerintahan Joko Widodo kembali mencari ruang dengan menaikkan harga gas. Tak cukup dari gas, jalan tol pun mulai dilirik. Sepertinya pemerintahan Joko dalam kepanikan mencari duit. Umumnya semua heran, mengapa tarif tol akan dikenakan pajak pertambahan nilai? Memangnya masuk jalan tol membuat pertambahan nilai pada mobil pengguna? Orang bayar retribusi (untuk pemanfaatan layanan) lha kok besaran retribusinya dikenakan pajak?

Celah baru yang sedang digarap adalah menaikkan bea materai. Waduh duh.... "Anggarannya ada, anggarannya ada", itu "Ada di mana sih?".

BBM sudah naik, gas sudah naik. Kartu-kartu ajaibnya baru sekedar di-launching.... meluncur kartu-kartu itu dengan gempita seremoni... meluncur bablas terbawa Drone sampai luar angkasa. Sebagian lagi tenggelam dalam di jalur poros maritim.

"Anggarannya ada, anggarannya ada".

Ada di mana?

Mungkin ada di TPID*.

(Canny Watae)

___
*[DEBAT CAPRES] Soal Singkatan TPID, Jokowi Pun Salah

0 Response to "'Anggarannya ada, anggarannya ada'"

Post a Comment