Fantasi Pemuja Jokowi
Penetapan tersangka Komisaris Jenderal Polisi Drs. Budi Gunawan Msi oleh KPK dalam kasus tipikor membuat suasana semakin gaduh. Sebelumnya, masyarakat Indonesia sudah sedikit riuh tatkala Presiden Jokowi berencana mengangkat mantan ajudan Presiden ke lima RI, Megawati Soekarnoputri ini menjadi Kapolri. Ada dua hal yang menjadi protes publik: kabar angin tentang kasus rekening gendut Budi Gunawan, dan sinyalisasi adanya unsur KKN.
Dan kini terang sudah. Kasus rekening gendut itu bukan lagi kabar angin sejak KPK mengumumkan status tersangka Budi Gunawan. Publik pun bertanya, mengapa Jokowi berniat mengangkat seorang tersangka sebagai kapolri? Mengapa Jokowi tak indahkan peringatan KPK dan PPATK?
Di tengah pertanyaan itu, tiba-tiba menyeruak sebuah cerita tentang kepahlawanan Jokowi. Berasal dari sisa-sisa pendukung Jokowi (yang sebagian sudah menghilang sejak berbagai harga kebutuhan hidup dari BBM, TDL, gas elpiji, transportasi, sembako, dll meningkat sejak Jokowi menjabat jadi presiden), beredar kisah bahwa penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka adalah andil Jokowi. Menurut cerita itu, sebenarnya nama Budi Gunawan berasal dari desakan Ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi. Sejatinya Jokowi menolak. Maka ia bermanuver sehingga KPK menetapkan kompol Budi Gunawan sebagai tersangka.
Cerdas! Begitu menurut keyakinan mereka. Keyakinan yang entah dari mana asalnya. Hingga mirip sebagai khayalan fantasi belaka.
Pembela Jokowi di dunia maya sedang mabuk mengagung-agungkan kecerdasan Jokowi memasang perangkap buat Budi Gunawan. Tanpa dasar yang jelas, mereka mengarang cerita seolah teori konspirasi yang licin. Berbagai versi cerita itu intinya satu: untuk menolak permintaan Megawati yang ingin menjadikan orang dekatnya sebagai Kapolri, Jokowi merancang skenario agar KPK menetapkan status tersangka untuk Budi Gunawan.
Kalau mencoba mencari kebenaran soal cerita itu, maka yang ditemukan justru kebalikannya. Jokowi memang berniat menjadikan Budi Gunawan sebagai Kapolri. Itu terlihat dari jawaban-jawabannya kepada wartawan.
Dalam kunjungannya ke Galangan Kapal PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (10/1/2015), wartawan sempat menanyakan mengenai penunjukkan Budi Gunawan. Saat itu Jokowi menjawab, “Sudah dari kompolnas, hak prerogatif saya, saya pakai, saya pilih, saya sampaikan ke dewan, sudah.”
Dan ketika ditanya mengapa memilih orang dekat untuk memimpin korps Bhayangkara, Jokowi cuma menjawab singkat, “Masa saya pilih yang jauh?” ujarnya. Begitu dikutip Merdeka.
Lagi, ketika berkunjung ke PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Senin (12/1/2015), wartawan menanyakan soal proses pengangkatan Kapolri mengapa tak melibatkan KPK dan PPATK. Dan jawaban Jokowi kala itu adalah, “Nanti, kalau saya jawab larinya ke tempat lain,” ujarnya dikutip tribunnews. Entah apa hubungan jawaban itu dengan pertanyaan.
Tak ditemukan jejak Jokowi menekan KPK untuk segera menuntaskan status hukum Budi Gunawan. Yang ada, publik sampai membuat petisi agar Jokowi tak memilih kapolri yang tersinyalir punya masalah hukum. Yang ada, publik protes mengapa Jokowi tak melibatkan KPK dan PPATK dalam menyeleksi calon kapolri.
Akhirnya cerita rekaan itu lebih mirip cerita mistis. Mengingat perangai masyarakat yang suka melebih-lebihkan dalam bercerita. Fantasi ini pun menyambung keyakinan sebagian masyarakat bahwa Jokowi adalah seorang satrio piningit, bahwa Jokowi keturunan habib, dll. Terlalu mistis tanpa punya data dan fakta yang jelas.
Lalu sebuah tweet dari Sudjiwotedjo melalui akunnya @sudjiwotedjo pun menemui kebenarannya kembali. “Pemimpin tangan besi mematikan nyali. Pemimpin yang dinabikan mematikan nalar.”
(Mutsaqofatul Fikr)
*sumber: KabarUmat
0 Response to "Fantasi Pemuja Jokowi"
Post a Comment