Oleh Hazmi Srondol
Ada beberapa minggu saya nelongso dengan sikap "diam" para Mahasiswa. Saya sempat berfikir, sikap acuh Mahasiswa ini mungkin dari efek liberalisasi dunia pendidikan dimana kampus-kampus sudah bermetamorfosa menjadi sejenis industri pendidikan. Mahal.
Hanya mereka yang orangtuanya "kaya" saja yang bisa kuliah. Bahkan lebih menyedihkan, sempat yg muncul di TV hanya para "mahasiswa" yang keplok-keplok di acara komedi dan musik.
Sedih. Jas mereka seakan terlihat licin dan wangi karena kebanyakan di gantung di lemari dan atau sesekali di laundry.
Namun, sepertinya saya salah. Cepat mengambil kesimpulan. Mahasiswa tetaplah mahasiswa. Sekaya-kaya orangtuanya, bulanan tetap terbatas jatahnya. Dan kini, mendadak saya teringat sejarah bangsa dimasa perang kemerdekaan.
Dimulai dari Jawa Timur, Universitas Brawijaya memulai gerakan. Mirip sekali saat pertempuran 10 November 1945. Saat itu pusat (Jakarta) diam dan ragu-ragu dengan ultimatum Sekutu. Namun Gubernur Suryo dan Bung Tomo memilih tegas, melawan ultimatum sekutu. Benarlah sebuah pepatah, "Matahari terbit dari Timur".
Kemudian sejarah terulang. "Bandung Lautan Api" membara. Mohammad Toha era 2015 bergerak mengeluarkan "SP1" dengan masa waktu satu bulan.
Berlanjut ke Banyuman, Purwokerto. Kampung Panglima Besar Jendral Soedirman sudah angkat suara. Bergerak dan bergerak.
Dan kini, Semarang yang terkenal dengan "Pertempuran 5 Hari"nya. Dimana dulu para Tentara Pelajar yang angkat senjata dan kini Mahasiswa yang menggantikannya.
Walau jujur, sempat saya malu dengan respon yg agak telat dibanding daerah lain. Apalagi nama penaku memakai nama kampung kelahiran di Semarang--SRONDOL.
Tapi kini sudah bisa bernafas lega. Mahasiswa Semarang berani "nyrondol" terhadap kekacauan di negeri ini. Mahasiswa Semarang tidak terkena sakau mabuk "congyang" atau menunggu dikirimi kutang beha dan celana dalam baru tergerak. Saya bangga kepadamu adik-adikku.
MERDEKA!!!
0 Response to "Gerakan Mahasiswa 2015 & Spirit Perang Kemerdekaan"
Post a Comment