Seperti telah diberitakan sebelumnya, aksi solidaritas ratusan mahasiswa yang tergabung dari SOMASI Jakarta telah dipelintir oleh portal detikcom.
Dalam sebuah berita yang dirilis portal media detikcom, diberitakan para mahasiswa yang tergabung dalam Somasi Jakarta tersebut, mendukung hak angket dan mendatangi balaikota seraya meneriakkan serang Ahok.
Sontak pemelintiran berita yang memicu mahasiswa untuk meminta klarifikasi pada portal media tersebut segera menyebarluas di ranah media sosial. Tagar #BeritaBohong segera tertuju, baik kepada penulis berita tersebut, maupun kepada portal berita detikcom yang memuat berita tersebut, ramai menghiasi lini masa media-media sosial Sabtu malam kemarin hingga pagi ini.
@syifastina Wahai @detikcom kemana harga dirimu? Menjual #BeritaBohong tanpa rasa malu? Apa semua ini demi secercah rupiah?
@nufaynf: Saya sbg mahasiswa jurnalistik malu lho sama berita @detikcom yg lebih mengutamakan kecepatan drpd ketepatan fakta
@hearyou_ : fakta dilapangan kami aksi membela rakyat bukan membela salah 1 pihak yaitu legislatif, kamipun tdk berteriak "serang ahok!" #BeritaBohong
@Srinuratikah: dari 430 komentar kebanyakan berkomentar Negatif ke Mahasiswa. @detikcom hrs bertanggung jawab. Waspada #BeritaBohong
@dian_sapta : @detikcom @ayundapandaa fitnah lebih kejam drpd pembunuhan #beritabohong dosanya gede loh. Hati2!
@angginifauziah : Tolong klarifikasi @detikcom @ayundapandaa. Mahasiswa jelek karna kalian!
@tiarameliaa: Saya sebagai mahasiswi jurnalistik. MALU! karna tak dapat menyajikan fakta dan informasi yang benar! @detikcom #Beritabohong
@hanasashel: Utamakan ketepatan fakta bukan.hanya kecepatan berita @detikcom #BeritaBohong
@gempar_dp: @detikcom menjadi pilar kekuasaan dengan #BeritaBohong nya. Maka wajar disebut #mediasampah
@NadyaFW: Lain kalo kalo mahasiswa aksi, ikutan yaaaa bung biar gak nyebar #BeritaBohong. Gak malu jadi "provokator ulung"? @detikcom @ayundapandaa
Terkait kebohongan tersebut, konsultan media sosial Naralendra mengatakan, bahwa upaya penyesatan informasi, tak hanya sekali dua kali dilakukan oleh detikcom.
"Wah, kalau detik sih sudah tak terhitung. Untuk kasus aksi mahasiswa kali ini, setidaknya ada dua kecerobohan fatal yang dilakukan oleh pewarta detikcom. Yang pertama, terkait tujuan aksi. Saya baca press release mereka. Jelas kok aksi ini tidak mendukung salah satu. Tapi detik menulis, seakan-akan mereka menyerang Ahok dan membela DPRD. Ini fatal dan memalukan," ujar Nara, Ahad, 22 Maret 2015.
Nara menambahkan, terkait jumlah peserta aksi, detikcom juga terkesan asal-asalan dalam menurunkan berita.
.
"Lho lucu kok.. Judulnya puluhan mahasiswa. Tapi konten beritanya menulis sekitar seratus. Sayangnya jumlah realnya bukan hanya 100, tapi 700!!", tegas Nara.
Yang paling disayangkan, menurut Nara, penyesatan dan pemelintiran informasi tersebut bisa membuat publik memandang negatif pada upaya mahasiswa mengkritisi pemerintahan.
"Bahaya kalau aksi mahasiswa lalu dibungkam dengan cara dipelintir. Seakan-akan mahasiswa ngawur dalam mengkritisi dan memaknai permasalahan sosial politik negeri ini. Jangan lupa, mahasiswa selalu sukses menurunkan rezim. Mungkin ini yang ditakutkan oleh pihak-pihak tertentu, sehingga tak segan-segan ada upaya pembungkaman melalui berita-berita bohong", tutup Nara.
Dalam sebuah berita yang dirilis portal media detikcom, diberitakan para mahasiswa yang tergabung dalam Somasi Jakarta tersebut, mendukung hak angket dan mendatangi balaikota seraya meneriakkan serang Ahok.
Sontak pemelintiran berita yang memicu mahasiswa untuk meminta klarifikasi pada portal media tersebut segera menyebarluas di ranah media sosial. Tagar #BeritaBohong segera tertuju, baik kepada penulis berita tersebut, maupun kepada portal berita detikcom yang memuat berita tersebut, ramai menghiasi lini masa media-media sosial Sabtu malam kemarin hingga pagi ini.
@syifastina Wahai @detikcom kemana harga dirimu? Menjual #BeritaBohong tanpa rasa malu? Apa semua ini demi secercah rupiah?
@nufaynf: Saya sbg mahasiswa jurnalistik malu lho sama berita @detikcom yg lebih mengutamakan kecepatan drpd ketepatan fakta
@hearyou_ : fakta dilapangan kami aksi membela rakyat bukan membela salah 1 pihak yaitu legislatif, kamipun tdk berteriak "serang ahok!" #BeritaBohong
@Srinuratikah: dari 430 komentar kebanyakan berkomentar Negatif ke Mahasiswa. @detikcom hrs bertanggung jawab. Waspada #BeritaBohong
@dian_sapta : @detikcom @ayundapandaa fitnah lebih kejam drpd pembunuhan #beritabohong dosanya gede loh. Hati2!
@angginifauziah : Tolong klarifikasi @detikcom @ayundapandaa. Mahasiswa jelek karna kalian!
@tiarameliaa: Saya sebagai mahasiswi jurnalistik. MALU! karna tak dapat menyajikan fakta dan informasi yang benar! @detikcom #Beritabohong
@hanasashel: Utamakan ketepatan fakta bukan.hanya kecepatan berita @detikcom #BeritaBohong
@gempar_dp: @detikcom menjadi pilar kekuasaan dengan #BeritaBohong nya. Maka wajar disebut #mediasampah
@NadyaFW: Lain kalo kalo mahasiswa aksi, ikutan yaaaa bung biar gak nyebar #BeritaBohong. Gak malu jadi "provokator ulung"? @detikcom @ayundapandaa
Terkait kebohongan tersebut, konsultan media sosial Naralendra mengatakan, bahwa upaya penyesatan informasi, tak hanya sekali dua kali dilakukan oleh detikcom.
"Wah, kalau detik sih sudah tak terhitung. Untuk kasus aksi mahasiswa kali ini, setidaknya ada dua kecerobohan fatal yang dilakukan oleh pewarta detikcom. Yang pertama, terkait tujuan aksi. Saya baca press release mereka. Jelas kok aksi ini tidak mendukung salah satu. Tapi detik menulis, seakan-akan mereka menyerang Ahok dan membela DPRD. Ini fatal dan memalukan," ujar Nara, Ahad, 22 Maret 2015.
Nara menambahkan, terkait jumlah peserta aksi, detikcom juga terkesan asal-asalan dalam menurunkan berita.
.
"Lho lucu kok.. Judulnya puluhan mahasiswa. Tapi konten beritanya menulis sekitar seratus. Sayangnya jumlah realnya bukan hanya 100, tapi 700!!", tegas Nara.
Yang paling disayangkan, menurut Nara, penyesatan dan pemelintiran informasi tersebut bisa membuat publik memandang negatif pada upaya mahasiswa mengkritisi pemerintahan.
"Bahaya kalau aksi mahasiswa lalu dibungkam dengan cara dipelintir. Seakan-akan mahasiswa ngawur dalam mengkritisi dan memaknai permasalahan sosial politik negeri ini. Jangan lupa, mahasiswa selalu sukses menurunkan rezim. Mungkin ini yang ditakutkan oleh pihak-pihak tertentu, sehingga tak segan-segan ada upaya pembungkaman melalui berita-berita bohong", tutup Nara.
0 Response to "Dianggap Bikin Berita Bohong, Detik Dikecam Publik"
Post a Comment