Prancis Kehilangan “Kartunis Terbaiknya” dalam Serangan Charlie Hebdo
Sepuluh anggota tim redaksi Charlie Hebdo tewas dalam serangan bersenjata hari Rabu (7/1/2015) bersama dua anggota polisi. Empat di antara mereka adalah para kartunis Prancis yang diakui kepiawaiannya.
Stephane Charbonnier, kartunis yang menjabat sebagai pemimpin redaksi Charlie Hebdo sejak 2009, tewas di tangan pelaku yang diidentifikasi polisi sebagai Kouachi bersaudara. [Baca berita sebelumnya; Polisi identifikasi pelaku serangan Charlie Hebdo, yang termuda menyerahkan diri]
Dalam salah satu edisi mingguan Charlie Hebdo di bulan Nopember 2011, Charbonnier yang akrab disapa “Charb” pernah mengganti namanya dengan Nabi Muhammad sebagai pemimpin redaksi. Tabloid satir yang dipimpinnya itu juga pernah mengumumkan akan mengubah nama Charlie Hebdo menjadi Sharia Hebdo, dalam rangka mengolok-olok Islam seperti yang sering dilakukannya.
Charbonnier juga dikenal dengan kartun mingguannya yang diberi nama “La fatwa de l’Ayatollah Charb” (Fatwa Ayatollah Charb) untuk mengolok-olok para pemimpin Syiah.
Kartun anjing dan kucing antikapitalis “Maurice et Patapon” menjadi bagian dari karya kebanggaan pemimpin redaksi yang harus tewas dalam usia 47 tahun itu.
Sejak tahun 2006, setelah pemuatan karikatur Nabi Muhammad, Charbonnier selalu mendapatkan pengawalan polisi.
Bernard Verlhac, 57 tahun, lebih dikenal di dunia kartun Prancis dengan sebutan Tignous. Dia merupakan salah satu kartunis andalan Charlie Hebdo. Namanya terkenal karena karyanya juga ditampilkan di penerbitan lain seperti Marianne dan Fluide Glacial. Selain mempermainkan Islam, Tignous pernah mengolok-olok politisi rasis terkemuka Prancis, Jean Marie Le Pen, sebagai kodok dalam kartunnya.
Georges Wolinski mengawali nama besarnya di dunia gambar-menggambar kartun pada tahun 1960 di Hara-Kiri. Wolinski dilahirkan di Tunis, kota di Tunisia bekas jajahan Prancis, pada 28 Juni 1934 dari ayah Yahudi asal Polandia dan ibu Yahudi keturunan Tunisia.Karya pria yang tewas di usia 80 tahun itu tidak semuanya berbau politik. Dalam sebuah kartunnya dia pernah menampilkan gambar seorang wanita bertubuh seksi yang bertanya kepada seorang bocah laki-laki tentang cita-citanya jika besar nanti. Bocah itu menjawab ingin menjadi seorang maniak seks.
Jean Cabut, atau lebih beken dengan nama Cabu, memulai karirnya sebagai kartunis pada tahun 1954. Tukang gambar berusia 76 tahun itu diketahui sebagai salah satu pemegang saham Charlie Hebdo. Dia pernah menggambar kartun Nabi Muhammad yang dikerubungi orang-orang fundamentalis, dilengkapi dengan kata-kata kotor.
(sumber: Hidayatullah)
*Apa yang terjadi di Prancis, mengingatkan kita semua -- bahwa kebebasan itu tetap harus berbatas. Kita mengutuk pembunuhannya, tetapi sepantasnya juga menyesalkan media yang terus menerus melakukan provokasi dan berlindung atas jargon "kebebasan berekspresi". (Sumantri Suwarno)
0 Response to "Prancis Kehilangan “Kartunis Terbaiknya” dalam Serangan Charlie Hebdo"
Post a Comment