Menteladani Jokowi, Pemimpin Yang Islami
Pada Harlah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ke 55 kemaren (17/4), di Surabaya, KH. As'ad Said Ali, Waketum PBNU menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo memiliki sifat yang menjadi karakter PMII: Tawasut, tawazun, tasamuh dan i'tidal. “Jadilah seperti Jokowi, supaya bisa jadi presiden yang memiliki sikap Islam ala Ahlussunnah Waljamaah.” pinta As'ad kepada anggota organisasi yang berafiliasi kepada NU tersebut.
Masya Allah, kalau begitu adanya, memang tidak salah kalau orang-orang NU kemaren memilih Jokowi. Karena pria asal Solo ini adalah penganut Islam yang baik. Berpaham Ahlussunah Waljamaah. Bukan Syiah, bukan Wahhabi dan juga bukan Islam abangan.
Rasanya ingin kembali menyaksikan Presiden Jokowi menjadi imam shalat sebagaimana yang dilakukannya pada kampanye Pilpres yang lalu. Ingin juga melihat Kepala Negara Indonesia ini kembali berumroh, seperti kampanye Pilpres yang lalu. Atau kalau memang tidak menganggu tugas Negara, haji aja sekalian. Biar lebih afdhal.
Ingin juga kembali menyaksikan isteri Presiden Jokowi mengenakan krudung, sebagaimana yang dilakukan pada kampanye Pilpres yang lalu.
Sampai sekarang pun, sebagai bagian dari masyarakat pesantren, saya masih menunggu janji Jokowi yang akan lebih memperhatikan pesantren. “Membantu meningkatkan mutu pendidikan pesantren guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dan meningkatkan kesejahteraan guru-guru pesantren sebagai bagian dari komponen pendidik bangsa,” kata Jokowi di Bandung saat masa pilpres, Kamis 3/7/2014, seperti dikutip detik news.
Tapi khusus janji Jokowi yang akan menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional, kalau Jokowi memang serius ingin merealisasikannya, saya tetap tidak setuju. Karena saya tetap berkeyakinan bahwa 1 Muharram menjadi hari santri, justru akan mereduksi hari tersebut, yang telah ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam oleh Sayyidina Umar Bin Khathtab ra 1400 tahun yang lalu.
(Abrar Rifai)
0 Response to "Menteladani Jokowi, Pemimpin Yang Islami"
Post a Comment