"Untuk soal itu (data cuaca, red) umumnya saat ini menggunakan data elektronik. Juga ada yang bicara soal data hard copy secara elektronik," ujarnya di Surabaya, Jumat, 2 Januari 2015.
Menurutnya, tidak mungkin seorang pilot menerbangkan pesawatnya tidak dibekali sama sekali perlengkapan dan persyaratan yang ditentukan, termasuk data cuaca.
"Tapi supaya ada preventive action, memang dipersyaratkan mengambil hard copy data cuaca. Ini agar tidak ada anggapan dibilang lupa," tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pilot pesawat AirAsia QZ 8501 dikabarkan sebelum terbang pada pukul 05.20 WIB tidak mengambil data cuaca dari BMKG.
"Yang mengambil ke BMKG adalah petugas dari Flight Operation Officer (FOO) AirAsia pada pukul 07.00 WIB sesudah pesawat hilang kontak. Memang tidak harus pilot yang bertemu dengan kita langsung," kata Plt Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas I Juanda Surabaya, Bambang S.
Bambang memperkirakan, alasan pilot AirAsia Kapten Irianto tidak mengambil data cuaca sebelum terbang, kemungkinan besar sang pilot sudah mendapatkan data cuaca dari sumber lain selain BMKG Juanda.
"Mungkin pilot sudah mendapatkan informasi cuaca dari instansi BMKG di Malaysia, karena induknya AirAsia kan di sana. Kami biasa saling tukar menukar data cuaca dengan BMKG negara lain," imbuhnya. [inilah]
0 Response to "Benarkah Pilot QZ8501 Mengabaikan Data Cuaca Dari BMKG?"
Post a Comment