Ini Skenario Pembubaran KPK?
Tulisan Kompasioner Untoro Gendis di Kompasiana hari ini (5/3/2015) yang berjudul "Target SBY, KPK Bubar" cukup mengagetkan. Menurutnya, kisruh KPK-POLRI yang hingga hari ini belum usai, bahkan sekarang "medan perang" masuk ke dalam internal KPK (Pembangkangan Para Pegawai KPK melawan Plt Pimpinan KPK), kesemuanya berujung pembubaran KPK. Dan ada SBY dibalik itu semua.
Berikut isi lengkap tulisan Untoro Gendis,
"Target SBY, KPK Bubar"
Kita semua sudah kenal siapa SBY, penampilanya memukau, wajah halus tanpa dosa, tutur kata rapi dan sopan. SBY juga dikenal seorang ahli strategi handal untuk memenangkan peperangan. Peperangan pertama SBY dalam sejarah politik kekuasaan adalah kesuksesanya memancing amarah Megawati dan Taufik Kiemas. SBY berhasil memposisikan diri sebagai orang yang didzalimi oleh penguasa. Pencitraan, mengantarkan SBY menjadi orang nomor satu di Indonesia.
SBY telah mereguk nikmatnya pencitraan dan selalu terobsesi ingin mengulanginya. Gampangnya SBY sudah kecanduan pencitraan. Caranya, membunuh citra lawan politik sekaligus menjulangkan citranya sendiri. Pembunuhan citra lawanpolitik sekaligus menaikan citra dirinya, dilakukan dengan cara menebar ranjau.
Ranjau pertama adalah SBY tidak mau menaikan BBM walaupun saat saat terakhir pemerintahanya hal tersebut sangat mendesak dan harus dilakukan. SBY menjaga citranya sebagai presiden Pro Rakyat. Namun Jokowi berhasil menjinakan ranjau BBM.
Ranjau kedua adalah menguatnya mata uang USD lebih dari 12 rupiah. Rupiah tiba tiba meroket menjelang lengsernya SBY. Dari durasi Rp 9000 per USD menjadi RP 12.000 per USD. Tentu saja ini berpengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Neraca Import Indonesia jauh lebih besar dari pada Eksport. Utang utang laur Negeri yang jatuh tempo harus dibayar menggunakan USD. Jokowi keteteran. Pecah ndasmu Jokowi,....
Ranjau ketiga adalah KPK. SBY sukses memperalat KPK demi kepentingan ekonomi dan politiknya. Beberapa petinggi Demokrat sengaja dibiarkan ditangkap dan ditersangkakan oleh KPK demi sebuah citra bahwa SBY menjunjung tinggi hukum. SBY tidak tebang pilih, SBY tidak intervensi KPK, melidungi KPK dari ancaman pihak lain.
Namun KPK juga punya tugas khusus dari SBY. Tugas KPK dimasa SBY adalah menyingkirkan lawan lawan politik SBY dan melindungi kasus kasus korupsi yang dilakukan atau melibatkan keluarga SBY dan segenap kroninya.
Pertama Kasus Bank Century. kasus Bank Century KPK hanya mentersangkakan Budi Mulya dan Siti Chalimah Fadjriah. Keduanya deputi Bank Indonesia. Pertanyaan sederhana,bagaimana uang 6,7 T hanya diputuskan oleh dua orang deputi? Pihak pihak lain yang terlibat justru menjadi pejabat tinggi negara seperti Boediono menjadi wakil Presiden.
Info valid bahwa koran Jurnal Nasional mendapatkan transfer dana sebesar 98 Miliar dari Bank Century. Hasil Audit BPK dan auditor independen terhadap koran harian Jurnal Nasional menemukan dana tersebut . sumber dari dalam mengabarkan bahwa dana dari Bank Century masih tercatat di laporan keuangan dan tidak bisa dihapus karena sudah diaudit. Untuk menghilangkan jejak akhirnya koran Jurnal Nasional dibubarkan.
Kedua kasus Hambalang, kembali sebuah pertanyaan sederhana, siapa yang mampu merubah anggaran dari hanya RP 250 Miliar menjadi Rp 2,5 Trilyun? Ibu Pur alias Silvia Sholeha orang dekat bu Any SBY yang sudah terbukti jelas menjadi pemain utama dalam kasus Hambalang tidak disentuh oleh KPK. semua saksi menyebutkan bahwa projek Hambalang dikuasai Bu Pur utusan Cikeas.
Ketiga Melindungi Ibas. Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, sudah sering disebut oleh para saksi dalam sidang sidang Tipikor. Nama EBY juga sudah disebut oleh banyak saksi dan tersangka dalam BAP. Namun alih alih KPK memeriksa Ibas, justru orang orang KPK berlomba menjadi juru bicara dan abdi dalemnya Ibas. Intinya KPK tidak berani menyentuh SBY, keluarga dan kroninya.
Tugas KPK lainya adalah menyingkirkan lawan lawan politik SBY. Dalam sebuah acara silaturahmi Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat tanggal 13 Juni 2012 di Jakarta, SBY mengatakan bahwa bukan hanya partai demokrat yang melakukan korupsi, partai partai lain jauh lebih banyak melakukan korupsi. Tidak lama kemudian KPK menangkap orang orang partai.
Tanggal 29 Juni 2012, KPK mengungkap Korupsi Al Qur’an yang ternyata dikemudian hari terbukti dilakukan oleh anggota DPR Zulkarnaen Djabar dari Fraksi Golkar. Priyo Budisantoso sudah disebut sebut namanya dalam BAP dan Sidang Tipikor. Namun entah siapa yang menyelamatkan? ternyata Priyo Budhisantoso cukup sakti. Sebagai wakil ketua DPRRI saat itu, tentunya Priyo punya lobby khusus dengan pemegang otoritas tertinggi negara. Penderitaan Golkar semakin lengkap ketika Gubernur Banten Ratu Atut ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK tanggal 17 Desember 2013.
Tanggal 12 Juli 2012 politisi PDIP Emir Moeis ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK. Emir saat itu menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan dan Ketua Komisi XI DPR. KPK menetapkan Emir sebagai tersangka dalam kapasitasnya sebagai anggota DPR 1999-2004 dan 2004-2009. Emir diduga menerima 300.000 dollar AS dari PT Alstom Indonesia yang merupakan perusahaan pemenang tender PLTU Tarahan. Emir adalah tulang punggung PDIP.
Ahmad Fathanah “playmaker “ PKS ditangkap oleh KPK di Hotel Le Meridien pada tanggal 29 Januari 2013. Fathanah dan Presiden PKS Lutfi H I menjadi tersangka kemudian divonis berat oleh Tipikor. Memang memberikan janji oleh pejabat negara adalah pidana, tapi kalau baru sekedar janji mengapa LHI dikenakan TPPU? Sementara Sengman teman SBY dari Palembang yang namanya disebut dalam rekaman pembicaraan antara Fathanah dengan Ridwan (putra ustdaz Hilmi) telah menerima uang 40 miliar tidak pernah diperiksa oleh KPK. Bunda Putri yang namanya disebut sebut LHI dalam sidang tipikor juga tidak pernah diperiksa KPK atau dihadirkan sebagai saksi dalam sidang. Eitt hampir lupa, SBY pernah Konpress akan mengungkap bunda putri dalam waktu satu atau dua hari. Namun seperti biasa, SBY selalu ingkar janji,...
Giliran berikutnya adalah PPP, pada tanggal 7 mei 2014, Ketua DPW PPP Jawa Barat, Rachmat Yasin ditangkap KPK. Rahmat Yasin adalah kader terbaik PPP yang digadang akan menggantikan Surya Dharma Ali sebagai Ketua Umum. Namun apa daya, KPK telah menangkapnya. Lebih buruk lagi, kemudian KPK juga menetapkan SDA menjadi tersangka atas kasus Pengelolaan dana Haji.
Dengan semua peristiwa tersebut, SBY telah membuktikan ucapanya bahwa bukan hanya Demokrat yang melakukan korupsi. KPK telah bekerja dengan baik, membuat senang si Bos Besar he he. Dilain pihak SBY terus melakukan propaganda bahwa pada jaman pemerintahanya Pemberantasan Korupsi ditegakan tanpa pandang bulu.. jualanya lariiis maniiis.. laku keras...
Tugas KPK dari SBY yang cukup berat adalah “membunuh “ Anas Urbaningrum. SBY dipermalukan Anas dalam Kongres Bandung. Jagoanya Andi Malarangeng tidak sanggup bertanding sampai final. Konon setelah Andi M kalah, SBY merapat dan mendukung Marzuki Alie,..eh kalah juga. Setelah Anas jadi ketua Umum Demokrat, pengaruh dan kekuatan politik Anas menjadi sangat kuat. SBY khawatir pamornya kalah dengan Anas. SBY juga khawatir Demokrat akan lepas dari tangan dinasti keluarganya. SBY kemudian menggunakan KPK untuk “membunuh “Anas.
Dari kota Jeddah Arab Saudi, SBY menginstruksikan KPK untuk menjadikan Anas tersangka. KPK pun tergopoh dan langsung mentersangkakan Anas. SBY kemudian mengusai Demokrat secara absolut. Memposisikan dirinya sebagai ketua umum Majelis Tinggi merangkap Ketua Umum Partai Demokrat. Mengangkat putranya EBY sebagai Sekjend Demokrat , juga adik Iparnya PEW menjadi anggota Dewan Pembina PD. Dinasti SBY di Demokrat berjaya.
SBY sukses besar mengendalikan dan memperbudak KPK, membunuh lawan lawan politiknya sekaligus mengibarkan bendera anti korupsi. KPK tugasnya sudah selesai dan SBY sudah lengser keprabon. Maka sesi selanjutnya menyelamat diri dengan cara membubarkan KPK.
SBY harus menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari kasus bank Century, kasus vaksin Flu Burung, Kasus SKK Migas yang mengancam Ibas, Mafia Migas, kasus Hambalang dan banyak kasus lainya. Hebatnya SBY memasang perangkap melumpuhkan KPK disaat Presiden Jokowi berkuasa. Ini ranjau paling berbahaya bagi Jokowi. Karena senjata pemberantasan Korupsi masih menjadi idola rakyat saat ini. KPK lumpuh saat Jokowi berkuasa...oh sungguh senjata mematikan...
Maka disusunlah skenario kecil, KPK VS POLRI. SBY mengutus panglima Perangnya Prof.Dr. Denny Indrayana. Denny sempat koar koar membela KPK, namun Polri sigap secepat kilat melumpuhkan Denny. Banyak bidak bidak SBY yang terus bekerja menciptakan suasana keruh. Seperti Jenderal Sutarman dan Suhardi Alius. SBY begitu terpukul dan curhat ke FB bahwa orang orangnya sedang dibersihkan oleh Jokowi...
Ketika Budi Gunawan memenangkan Praperadilan, SBY ngetwit diakunya “ memohon supaya Tuhan memberikan petunjuk kepada para pemimpin bangsa ini. SBY memposisikan diri sebagai seorang yang bertakwa, arif dan bijaksana, berdharma demi negara. Penulis menterjemahkan SBY seolah berduka terhadap kekalahan KPK dan menyuruh publik melihat bahwa kekuasaan sedang bekerja melawan hukum. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, hatinya tersenyum “skenario berjalan baik”...
Seharusnya kasus Polri - KPK sudah usai. Tapi para penabuh gendang tak mau berhenti, para penari latar berdatangan. Mereka yang paham hukum dipaksa berbicara dan berbuat seperti orang buta huruf. Refly Harun, Jimly Assidiqi, Tumpak Hatorangan, Denny Indrayana, ICW dan para pendekar hukum lainya seperti mahasiswa semester satu, meminjam istilah Ruhut Sitompul.
Target akhir KPK bubar dan Jokowi menjadi tertuduh... lihatlah dimasa Jokowi dan PDIP KPK lumpuh, KPK bubar,.. anda saksikan sendiri Jokowi dan PDIP adalah pendukung koruptor sejati. Kemudian orang akan bernostalgia ke masa SBY dimana KPK dimanjakan. SBY tersenyum simpul, bermimpi Demokrat akan menang kembali pada pemilu 2019...
Kalian sedang diaduk aduk,..diadu domba,...waspadalah waspadalah
(Sumber: http://m.kompasiana.com/post/read/705069/3/target-sby-kpk-bubar.html)
0 Response to "Ini Skenario Pembubaran KPK? "
Post a Comment