Ilustrasi - Foto: Net |
Yusri mencontohkan, penjualan produk hasil kilang Dumai greencoke tidak langsung ke pembeli pengguna akhir, akan tetapi melalui “mail box company” yaitu perusahaan Paramount Petrol dan Orion Oil ke Mitsubishi dan baru ke pembeli pengguna akhir.
Ia menjelaskaan, menurut data Badan Pemeriksa Keuangan, akibat pola penjualan itu, untuk sekali transaksi pada tahun 2004 melalui Petral Singapore yang SVP Ari Soemarno dan VP Daniel Purba ada potensi kerugian sebesar USD 2,4 juta. Begitu juga soal impor minyak mentah dari NOC Libya pada tahun 2006 sampai dengan 2008 yang awalnya melalui Pertamina EP Libya , tetapi dibelokkan melalui perusahaan Concord Energy Pte Ltd secara terus menerus dan begitu juga dalam impor minyak mentah Champion dari Brunei Shell pada tahun yang hampir bersamaan yang menurut temuan BPK bahwa Pertamina mengalami kerugian besar akibat tidak langsung mengadakan traksasi tersebut dengan ke NOC.
“Kalau di kampung saya istilahnya “kas tekor”,” ucapnya, Minggu 28 Desember 2014.
Malahahan, sambung Yusri, berdasar info dari sumber yang akurat di awal tahun 2009 sejumlah pejabat berinisial AS, SS, DP, JP dan ES berangkat ke London untuk merintis kembali pembelian minyak mentah Sarir namun kepergok Karen A.
“Akibatnya, rencana tersebut berantakan akibat AS dicopot dari jabatannya sebagai Dirut Pertamina,” tegasnya.
Adapun soal dugaan Faisal Basri soal adanya bill of landing (BL) yang dipalsukan dari kerjasama antara PES Singapore dengan Travigura sudah seharusnya serius ditelusuri sumber informasinya. Jika memang bisa dibuktikan kebenarannya sudah sewajarnya diproses sesuai hukum yang berlaku dan ditindak.
“Namun kalau informasi tersebut tidak benar, maka sudah sewajarnya Faisal Basri meminta maaf sudah terlanjur dipublikasikan,” katanya.
Ia mengisahkan, dalam suatu seminar di Yogyakarta, Faisal Basri pernah menyebut mantan menteri ESDM tahun 2004 – 2009 adalah bagian dari mafia walaupun kemudian diakhir acara mencabut kembali pernyataan tersebut, kecuali terhadap perusahaan Hin Lion Singapore yang sering membeli solar seludupan dari Indonesia dan menyuplai kembali ke Indonesia melalui PES Singapore.
Jadi, tegas Yusri, untuk menjaga kredibilitas TRTK Migas sebaiknya diusut tuntus semua proses bisnis di PES Singapore sejak 2004 sampai denggan2014 dan proses bisnis di ISC sejak terbentuk tahun 2008 sampai dengan 2014.
“Kerena sejak ISC Pertamina dibentuk semua kendali PES Singapore oleh Direksi Pertamina menggunakan fungsi ISC Pertamina menyangkut jenis minyak mentah, volume, jadwal suplai dan harga beli dan jual (owner estimad) untuk membeli impor maupun menjual ekspor produk kilang Pertamina seperti greencoke, kerosen, vacum residu, decant oil dan LSWR,” pungkas Yusri Usman. (mco)
0 Response to "Pengamat Migas Buka 'Borok' Impor Pertamina "
Post a Comment